Interaktif News – Insiden tenggelamnya kapal wisata KM Tiga Putra yang menewaskan delapan orang menjadi peringatan keras akan pentingnya keselamatan sebagai prioritas utama dalam kegiatan wisata. Hal ini disampaikan Penjabat Sekretaris Daerah (Pj Sekda) Provinsi Bengkulu, Herwan Antoni, dalam siaran pers di Mapolresta Kota Bengkulu pada Selasa (13/5).

Herwan menjelaskan, menurut keterangan sejumlah penumpang yang selamat, diketahui bahwa mesin kapal sempat mati tiga kali sebelum akhirnya tenggelam saat dalam perjalanan dari Pulau Tikus menuju Pantai Malabero.

“Ketika mesin pertama kali mati, nahkoda meminta anak buah kapal (ABK) untuk memeriksa kondisi mesin, termasuk bahan bakarnya. Setelah diperiksa, mesin kembali menyala dan perjalanan dilanjutkan. Namun tak lama kemudian, mesin kembali mati, dan pemeriksaan kembali dilakukan. Mesin berhasil dinyalakan kembali, namun pada kejadian ketiga, kapal mengalami kemiringan hingga akhirnya tenggelam,” jelas Herwan.

Kapal membawa 107 orang yang terdiri dari penumpang, nahkoda, dan ABK. Akibat kecelakaan tersebut, delapan orang dinyatakan meninggal dunia.

Kapolresta Bengkulu, Kombes Pol Sudarno, menyampaikan bahwa ke depan pihaknya akan bersinergi dengan berbagai instansi terkait guna menciptakan sektor pariwisata yang aman dan nyaman. Ia juga mengimbau masyarakat untuk selalu menggunakan alat transportasi yang layak dan memenuhi standar keselamatan saat melakukan perjalanan wisata.

“Ke depannya kami akan bersinergi dengan unsur terkait untuk menciptakan pariwisata yang aman serta memberikan himbauan kepada masyarakat untuk menggunakan alat transportasi yang baik saat akan berwisata,” kata Kapolresta.

Pasca kejadian, aparat kepolisian telah mengamankan nahkoda kapal bernama Edi Susanto, yang juga merupakan pemilik kapal, beserta lima ABK yakni Rahmad, Andri, Yandi, Dedek, dan Fandi untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

“Selain itu, pihak kepolisian juga telah memeriksa sedikitnya 21 saksi guna mengungkap penyebab pasti kecelakaan kapal itu,” jelasnya.

Tragedi ini menjadi refleksi bagi semua pihak agar tidak mengabaikan aspek keselamatan, terutama dalam wisata laut yang memiliki risiko tinggi.

Editor: Iman SP Noya