Interaktif News – Sejumlah pabrik pengolahan crude palm oil (CPO) di Kabupaten Seluma, Bengkulu mulai membatasi pembelian tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dari para petani. Pembatasan ini disebut sebagai imbas dari pendangkalan alur pelayaran di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu.

Selain itu, beberapa faktor lain turut memengaruhi, seperti kebijakan tarif bea masuk sebesar 32 persen yang dikenakan Amerika Serikat terhadap produk CPO dari Indonesia, serta keterbatasan kapasitas tangki penyimpanan yang kini dilaporkan penuh.

Kepala Desa Tebat Sibun, Kecamatan Talo Kecil, Wekadin Saputra yang juga merupakan pengepul atau tauke sawit, mengatakan bahwa sejak beberapa hari terakhir, pabrik-pabrik mulai membatasi penerimaan TBS dari para pemasok.

“Saat ini pabrik hanya menerima 400 ton per supplier setiap harinya. Bahkan, menurut informasi yang saya terima, PT Agri Andalas mulai besok lusa hanya akan menerima 100 ton per hari,” kata Wekadin kepada Bengkuluinteraktif.com, Rabu (9/4/2025).

Di sisi lain, pasokan TBS dari petani justru mengalami lonjakan, yang membuat pengepul terpaksa ikut membatasi pembelian dari petani.

“Di tempat penampungan (RAM) kami sekarang TBS menumpuk, sudah berton-ton, belum bisa dikirim ke pabrik karena pembatasan. Mau tidak mau, kami juga harus batasi pembelian dari petani. Kami rugi, petani juga rugi,” ujarnya.

Wekadin juga mengeluhkan harga sawit yang terus merosot sejak pasca Lebaran. Saat ini, harga sawit di tingkat RAM berada di kisaran Rp 1.900 hingga Rp 2.000 per kilogram, turun dari sebelumnya Rp 2.400 per kilogram.

“Sudah beberapa kali harga turun, tiap kali turun sekitar Rp 100. Kalau ditotal, mungkin sudah turun sekitar Rp 500 per kilogram,” keluhnya.

Ia berharap pemerintah segera turun tangan untuk menangani persoalan ini, guna menjaga kestabilan harga dan mencegah dampak lanjutan terhadap ekonomi petani.

“Tentunya kami berharap pemerintah bisa mengatasi ini, karena pemerintah punya peran penting dalam menjaga stabilitas harga sawit melalui kebijakan yang tepat,” ujarnya.

Reporter: Deni Aliansyah Putra