Siltnas Fokal IMM di Jakarta, 18-19 Oktober 2019, Poto: Dok

Interaktif News – Silahturahmi Nasional Forum Keluarga Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (Silatnas Fokal IMM) menghasilkan beberapa catatan penting untuk periode kedua pemerintahan Joko Widodo. Acara yang digelar di Royal Kuningan Jakarta, 18-19 Oktober 2019 itu menilai periode pemerintahan Jokowi yang berduet dengan KH Ma’ruf Amin bakal mendapatkan tantangan yang cukup berat.

Disampaikan Korwil Fokal IMM Bengkulu Rahiman Dani, tantangan terberat periode kedua kepemimpinan Jokowi adalah mengembalikan kehangatan berwaganegara di berbagai kalangan masyarakat. 

“Tugas pemerintah kedepan sangat berat, Jokowi harus mampu mengembalikan trust public diantara sesama masyarakat dan lembaga pemerintahan termasuk institusi presiden itu sendiri. Saya kira ini titik kulminasi dari gesekan pemilu lalu” kata mantan Ketua Umum DPD IMM Bengkulu itu, Minggu, (20/10/2019) 

Ditambah lagi dengan agenda pilkada serantak yang akan digelar 2020 mendatang. Menurutnya,  gesekan pemilu beberapa waktu lalu belum sembuh total namun masyarakat akan kembali dihadapkan pada agenda pilkada serentak yang diperediksi akan menimbulkan dampak sosial yang sama.  

“Indikator negara maju adalah munculnya keseimbangan sosial, dimana margin kesejahteraan rakyat tidak timpang sehingga akan berdampak pada aspek toleransi yang kuat, disitu kita bisa menyimpul kalau sebuah negara itu sedang menuju welfare state” ungkap Rahiman Dani

Untuk itu, lanjutnya, pilkada kedepan harus mampu meminmalisir distrust social agar produk pilkada tidak hanya menghasilkan regenerasi kepimpinan namun bisa mewujudkan situasi sosial kemasyarakatan yang sejuk. “tidak mungkin pembangunan akan terwujud tanpa dibarengi dengan kondisi sosial yang baik” katanya.
 
Ditambahkan Rahiman Dani, rendahnya kualitas sumber daya manusia juga menjadi sorotan penting di acara Silatnas Fokal IMM. Ia menyebut, Index Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia belum mampu menjadi refrensi positif untuk menyebut indonesia sedang merangkak menuju kesejahteraan 

“Dalam catatan Silatnas, indek pembangunan manusai kita masih berada diangka menengah sedangkan prasyarat menjadi negara maju harus memiliki very high human development artinya aspek SDM harus menjadi fokus dasar pemerintah kedepan. Kita tidak bisa berbicara masa depan bangsa yang lebih hebat kalau SDM kita lemah” jelasnya  

Aspek pembangunan demokrasi tidak kala penting, menurut Rahiman, pembahasan Silatnas juga terfokus pada aspek perkembangan demokrasi yang terus mengalami degradasi “Aksi demontrasi kemaren juga menjadi fokus perhatian kita, saat parlemen jalanan menguat itu sama artinya dengan parlemen kita sedang mengalami krisis, aspek ini harus dibenahi serius, apabila situasi seperti ini dibiarkan bisa-bisa demokrasi kita dipangkas ditengah jalan sehingga cita-cita reformasi hanya menjadi histori belaka” katanya

Kondisi internal juga menjadi perhatian Siltnas. Menurutnya, IMM sebagai ortom muhammadiyah harus menjadi tuan di rumah sendiri agar regenerasi kepemimpinan di Muhammadiyah tidak disorientasi dengan misi dakwah dan kebangsaan yang dicita-citakan sejak awal berdirinya Muhammadiyah  

“Sebagai bagian dari rumah besar Muhammadiyah tentu Fokal IMM memiliki tanggungjawab yang melekat, untuk itu kita akan terus mendorong kader-kader IMM untuk berperan aktif ditengah dinamika kebangsaan dan persyarikatan. Satu lagi soal adek kita Randy yang meninggal saat menggelar aksi di Kendari beberapa waktu lalu, kita sudah bersepakat untuk mengawal masalah ini secara tuntas sesuai dengan aturan hukum yang berlaku” ujarnya

Dalam rumusan hasil Silatnas 2019, Alumni IMM akan menfokuskan dalam bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM) unggul dan mendorong partisipasi publik untuk bersama-sama menjadi bagian penting dalam mewujudkan Indonesia berkemajuan.

Reporter: Riki Susanto