Interaktif News – Sejumlah mahasiswa, organisasi kepemudaan, menggelar aksi simbolik dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional (HGN) 2025. Aksi  berlangsung pada Selasa (25/11/2025) di kawasan Simpang Lima, Kota Bengkulu.

Aksi yang digagas oleh Sinergi Pendidikan Bengkulu tersebut menjadi wadah penyampaian aspirasi terkait berbagai persoalan pendidikan di daerah, mulai dari perlindungan hukum bagi guru hingga persoalan kesejahteraan tenaga pendidik.

Koordinator aksi, David Alvindo, yang juga menjabat sebagai Ketua BEM FKIP Universitas Dehasen, mengatakan bahwa aksi ini lahir dari kegelisahan kolektif mahasiswa dan guru terhadap kondisi pendidikan di Bengkulu yang masih jauh dari kata ideal.

“Momentum Hari Guru Nasional jangan hanya diisi dengan seremoni. Kami ingin ada keberpihakan nyata terhadap guru, baik dari sisi perlindungan hukum, pemerataan pendidikan, maupun kesejahteraan,” ujar David saat dikonfirmasi, Selasa (25/11/2025).

Menurutnya, selama ini guru masih kerap menghadapi tekanan dalam menjalankan tugas profesionalnya, bahkan tidak jarang menjadi korban kriminalisasi saat menjalankan fungsi pendisiplinan di lingkungan sekolah.

Dalam aksi simbolik tersebut, terdapat lima poin tuntutan utama yang akan disuarakan massa. Pertama, menuntut DPRD Provinsi Bengkulu serta DPRD kabupaten/kota agar mendorong lahirnya regulasi yang memberikan jaminan perlindungan hukum lebih eksplisit bagi guru.

Kedua, mendesak Pemerintah Provinsi Bengkulu melakukan pemerataan fasilitas pendidikan, distribusi tenaga pendidik, serta sumber daya belajar, khususnya di wilayah 3T (terpencil, tertinggal, dan terluar).

Ketiga, menuntut adanya jaminan kesejahteraan bagi guru, terutama guru honorer yang hingga kini masih berada dalam kondisi ketidakpastian status dan penghasilan yang minim.

Keempat, massa aksi meminta pemerintah provinsi memberikan solusi konkret terhadap kebijakan SPP gratis yang dinilai berdampak pada keberlangsungan operasional sekolah dan kesejahteraan guru honorer.

Kelima, mereka juga mendesak agar proses perekrutan guru dan tenaga pendidik dilakukan secara transparan serta sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.

“Aksi ini bukan untuk mengganggu stabilitas, tapi sebagai pengingat. Pendidikan adalah urusan masa depan, dan guru adalah pondasinya. Kalau gurunya tidak sejahtera dan tidak dilindungi, bagaimana mungkin kualitas pendidikan bisa kita perbaiki” tegas David.

Aksi simbolik ini melibatkan berbagai elemen mahasiswa, organisasi kepemudaan (OKP), BEM lintas kampus, di Bengkulu. Peserta aksi kompak mengenakan pakaian bernuansa hitam sebagai simbol keprihatinan terhadap kondisi pendidikan saat ini.

Reporter: Deni Aliansyah Putra