Imam Ahmad Amin: Waspada Situasi Psikologis Anak-Anak SD 62

Imam Ahmad Amin

Imam Ahmad Amin AR, Dosen UMB, Poto/Anasril Azwar

Interaktif News - Konflik SD 62 Kota Bengkulu mendapat perhatian serius dari berbagai kalanganan, kali ini datang dari akademisi Imam Ahmad Amin AR, M.Psi. Dosen Psikologi Unversitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) itu melihat ada faktor-faktor yang dapat memicu ganguan psikologis anak-anak  ditengah konflik SD 62 yang sedang berlangsung. 

“Dalam proses belajar pembelajaran yang namanya siswa SD itu prinsip dasarnya adalah menggembirakan tidak boleh ada paksaan tidak boleh ada tekanan itu prinsipnya karena disitu akan mengasah pertama, keterampilan anak-anak, kedua mengasah keaktifan siswa dan yang ketiga mengasah kemampuan bersosialisasi” kata Imam  

Dijelaskan Imam, konflik ditengah anak-anak bisa memunculkan inferior complex, dalam istilah psikologi itu bisa berupa rasa minder, rendah diri yang berdampak pada tingkat kepercayaan diri yang kemudian bermuara pada rasa malu saat mereka berinteraksi sosial karena sekolah mereka ditutup.

Baca juga : SD 62 Kembali Begejolak, Wali Murid Demo

Baca juga: Konflik SD 62, Antara Kegagalan dan Simpati

“Nggak ada satupun anak yang bangga sekolahnya ditutup kan nggak ada? pasti semuanya merasa malu situasi itulah yang menyebabkan rasa minder. Nah itu dampak dari sisi perkembangan individu yang kedua adalah dari sisi belajar, sudah barang tentu konsentrasi belajar anak-anak akan tergangu” jelas alumni Master Psikologi Universitas Ahmad Dahlan  itu, Jumat (23/08/2019) 

Lanjut Imam, kalau tadi disebut anak-anak harus satu konsentrasi aktif bersosialisasi sudah otomatis hilang karena terbebani situasi psikolgis yang belum saatnya. Mereka dibebani dengan hal-hal yang sifatnya politik bahkan ada anak-anak sudah diajari untuk demo padahal ini belum waktunya.

“Apalagi yang mau di harapkan ketika mereka sudah tidak punya ruang belajar, sekalipun dituntut untu belajar sudah pasti tidak konsentrasi kalaulah kemudian dipaksakan maka yang terjadi adalah mental down. Situasi itu tidak baik dari sisi psikis, emosi karena perasaan yang rendah diri tadi mungkin juga ada amarah disitu. Dalam situasi itu mana mungkin bisa menerima informasi belajar dengan baik sudah pasti tidak akan terjadi.

Saya melihat tiga poin itu, pertama gangguan perkembangan individu, kedua mereka mengalami gangguan dalam belajar learning disorder baik yang sifatnya sosial maupun belajar sifatnya materi, ketiga ada traumatik yang itu butuh penanganan yang tidak sederhana” papar Imam 

Selanjutnya, Imam menyarankan, penyelesaian konflik SD 62 tidak hanya fokus pada persoalan fisik seperti infrastruktur tapi lebih daripada itu bagaimana membangun mental anak-anak agar kembali punya semangat sekolah.

“Orang tua siswa punya harapan besar dan masyarakat juga punya harapan besar tapi harapan besar itu tidak hanya cukup melalui solusi infrastruktur tapi juga harus dibarengi dengan bagaimana upaya-upaya psychosocial. 

Perhatikan juga situasi mental anak-anak, bisa melibatkan kelompok kelompok sosial masyarakat seperti mahasiswa misalnya. Bagaimana membuat anak-anak itu kembali bergembira bersekolah dan kembali gembira ketika belajar” kata Imam  

Reporter: Anasril Azwar
Editor: Riki Susanto