Interaktif News – Genesis Bengkulu menyoroti serius aktivitas dan kebijakan pengelolaan hutan di Provinsi Bengkulu, khususnya dalam implementasi target Folu Net Sink 2030. Berdasarkan hasil analisis terbaru, hampir 50.000 hektare dari luasan wilayah areal target Folu Net Sink di Bengkulu mengalami tumpang tindih dengan izin pertambangan emas serta perizinan berusaha pemanfaatan hutan (PBPH).

Dua perusahaan, yakni PT Anugerah Pratama Inspirasi (API) di Bengkulu Utara dan PT Energi Swa Dinamika Muda (ESDMu) di Seluma, menjadi studi kasus utama yang dipetakan Genesis Bengkulu. Fokus utama penelitian ini adalah untuk memahami dinamika aktivitas serta kebijakan pengelolaan hutan di konsesi perizinan kedua perusahaan tersebut.

Terbaru, Genesis menemukan bahwa pada konsesi PT ESDMu masih terdapat kawasan perlindungan pengendalian perubahan iklim dengan klasifikasi Perlindungan Areal Konservasi Tinggi (RO11) seluas 24.137,75 hektare.

Padahal, PT ESDMu telah meningkatkan status izinnya dari tahap eksplorasi menjadi operasi produksi berdasarkan keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Izin berstatus C & C-27 ini berlaku sejak 17 Januari 2025 hingga 17 Januari 2045.

“Mengawali investigasi pada konsesi IUP PT ESDMu, Genesis Bengkulu membuat peta tutupan lahan. Peta ini bertujuan memberikan gambaran awal tentang kondisi terkini kawasan Hutan Lindung Bukit Sanggul yang telah dibebani izin pertambangan PT ESDMu,” ungkap Rahmat Novan Ismadi, Manajer Riset dan Kampanye Perkebunan Genesis Bengkulu, Sabtu, (26/4).

Rahmat menjelaskan, analisis tutupan lahan menunjukkan bahwa kawasan konsesi PT ESDMu masih didominasi area berhutan dengan luasan mencapai 98 persen atau sekitar 24.294,32 hektare, sementara degradasi lahan yang tercatat sebesar 2 persen atau sekitar 424,64 hektare. Degradasi tersebut terutama terjadi akibat alih fungsi menjadi lahan pertanian, didominasi komoditas kopi seluas 280,49 hektare.

Lebih lanjut, Genesis juga mendalami kondisi penutupan lahan pada kawasan perlindungan pengendalian perubahan iklim di area RO11. Hasil analisis overlay menunjukkan bahwa sekitar 99 persen atau 23.900 hektare area RO11 di konsesi PT ESDMu masih mempertahankan tutupan hutannya.

“Berbekal peta tutupan lahan, kami melanjutkan investigasi lapangan untuk memverifikasi kondisi riil dan mengidentifikasi potensi kerusakan hutan di area RO11,” ujar Rahmat.

Dalam investigasi tersebut, Genesis Bengkulu mencatat sedikitnya 12 titik sampel penutupan lahan. Dari temuan di lapangan, titik-titik tersebut menunjukkan adanya dominasi sektor perkebunan, lahan terbuka, serta hutan alam.

Genesis Bengkulu mendorong agar pemerintah dan para pemangku kepentingan segera mengevaluasi aktivitas perizinan yang beririsan dengan target Folu Net Sink 2030, demi menjaga komitmen Indonesia dalam pengendalian perubahan iklim dan pengelolaan hutan lestari.

“Harapan kami dari hasil kajian yang dilakukan oleh tim, genesis meminta pemerintah Indonesia segera mengevaluasi izin-izin yang ada di kawasan hutan agar sejalan dengan apa yang di cita-citakan didalam folu net sink 2030,” demikian Rahmat.

Editor: Iman SP Noya