Narasumber saat menyampaikan materi terkait penanganan stunting dalam forum koordinasi jurnalis Bengkulu. Foto/Dok: BKKBN Bengkulu

Interaktif News – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu, akhir tahun 2022 kemarin menggandeng organisasi profesi jurnalis di Bengkulu, dengan menggelar forum koordinasi jurnalis upaya meningkatkan sinergitas dan kerjasama penanganan stunting bersama media massa.

Koordinasi forum jurnalis di Bengkulu melibatkan sebanyak 20 orang dari berbagai media baik elektronik, cetak dan radio di Kota Bengkulu. 

Dengan sinergitas lintas lembaga ini diyakini mampu mendongkrak pengetahuan masyarakat tentang stunting, penyebab serta pemecahan persoalan tersebut, kata Sekretaris Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu Nesianto, SE., MM kepada wartawan usai penutupan koordinasi di Bengkulu, pada Kamis, (29/12).

Hadir pada pertemuan yang berlangsung sehari itu Drs. Ade Anwar, M.Si Pranata Humas Ahli Madya BKKBN, Koordinator Media Center BKKBN Kristianto. Dan menghadirkan dua narasumber dari media nasional yang digelar secara online dan offline.

Melalui pertemuan itu diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dalam mengedukasi masyarakat sesuai peran media massa. Peran media dalam penurunan stunting telah dituangkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.

“Peran media massa dalam konvergensi penurunan stunting sebagai bagian untuk meningkatkan pelaksanaan integrasi intervensi gizi dalam pencegahan stunting,” ujar Nesianto.

Lanjutnya, melalui peran media massa dengan berbagai teknis penulisannya akan membantu pemerintah dalam pengentasan stunting di Bengkulu, yang masih terbilang besar mencapai 22,1 persen.

Sehingga diyakini akan memberikan nilai positif dalam masyarakat dan akan menurunkan stunting sesuai sasaran sebesar 12,5 persen pada 2024 mendatang.

Banyak media kata Nesianto, yang menjadi referensi karya jurnalis, BKKBN sendiri memiliki tenaga penyuluh sebanyak 258 personel yang tersebar di 1.513 desa di Provinsi Bengkulu. 

Selain itu dalam upaya percepatan penurunan stunting pihaknya telah membentuk dan melatih tim pendamping keluarga (TPK) di tingkat desa. 

“TPK juga akan memberikan pendampingan kepada keluarga berisiko stunting agar tidak menambah jumlah balita stunting,”pungkasnya.

Sementara itu, Ade Anwar menyebutkan peran media massa dalam penanganan stunting tidak kalah stratgis. 

“Media massa memiliki peran penting dalam pembangunan. Hal itu telah dibuktikan perannya dalam perjuangan bangsa hingga mengisi pembangunan nasional,” ujarnya.

Dalam penanganan stunting kata Ade, media massa memiliki jangkauan edukasi yang luar biasa menembus sekat pembatas edukasi di tengah masyarakat hingga pelosok desa. Baik edukasi dalam perubahan perilaku sebagai langkah utama dalam pencegahan stunting.

“Pencegahan stunting diawali dengan berubahnya perilaku masyarakat, baik dalam peningkatan kesehatan lingkungan hingga pada pola asuh yang baik terhadap penyediaan asupan gizi yang lengkap terhadap janin hingga balita,” kata Ade.

Editor: Alfridho Ade Permana