Mengapa “Imbauan” Bukan “Himbauan”

Interaktif Edu – Penggunaan kata “imbauan” dan “himbauan” kerap ditemukan di ruang publik. Berdasarkan kaidah kebahasaan dan rujukan resmi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, bentuk yang benar adalah “imbauan”, bukan “himbauan”.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi terbaru, kata baku yang tercantum meliputi imbau, mengimbau, dan imbauan. Sementara bentuk himbau, menghimbau, dan himbauan dinyatakan sebagai bentuk tidak baku. Penetapan ini tidak berdiri sendiri, melainkan didasarkan pada analisis fonologi, morfologi, dan etimologi bahasa Indonesia.

Kaidah Fonologis Bahasa Indonesia

Tidak Ada Fonem /h/ pada Awalan in- atau im-

Secara fonologis, bahasa Indonesia memiliki aturan bahwa konsonan /h/ tidak muncul pada bentuk dasar yang menerima prefiks /in-/ atau asimilasinya /im-/.

Kata imbau berasal dari bentuk dasar “imbau”, bukan “himbau”. Dalam linguistik disebut:

ʽH’ Protesis (penambahan h) tidak produktif dalam bahasa Indonesia modern

Fenomena penambahan huruf h di awal kata (misalnya: harusnya “imbau” namun ditambah menjadi “himbau”) adalah bentuk hiperkoreksi, bukan bentuk baku.

Asal-usul (Etimologi)

Bentuk Asli Bahasa Melayu adalah “imbau”. Secara historis dalam bahasa Melayu Klasik maupun Melayu Riau-Lingga, bentuk yang digunakan adalah:

imbau = memanggil dari jauh, menyeru, mengajak

mengimbau

imbauan

Tidak ditemukan bentuk himbau dalam naskah atau dalam kamus Melayu lama.

Kaidah Morfologi: Afiksasi MeN- → Mengimbau

Proses morfologis:

Kata dasar: imbau

Prefiks meN- + imbau = mengimbau

Bukan menghimbau, karena morfem dasarnya bukan himbau.

Kemudian nominalisasinya:

mengimbau → imbauan

Jika dasar kata himbau, maka harusnya bentuk meN- menjadi menghimbau, tetapi ini tidak sesuai kaidah fonologi dan tidak diakui oleh KBBI.

Rujukan KBBI dan Kebijakan Kebahasaan

Dalam KBBI V, yang dibakukan adalah:

imbau (KK)

mengimbau (KK)

imbauan (KB)

Istilah himbau, menghimbau, himbauan secara eksplisit diberi label “bentuk tidak baku”. Ini menunjukkan bahwa secara normatif bahasa Indonesia menetapkan imbau sebagai bentuk standar.

Fenomena Sosial-Linguistik

Mengapa masyarakat terbiasa mengatakan himbauan? Hal ini disebebkan pengaruh lisan dan hiperkoreksi. Dalam bahasa lisan, penutur sering menambahkan h di awal kata untuk memberi penekanan bunyi. Ini menyebabkan himbau terdengar lumrah, walaupun tidak sesuai morfologi.

Akibat sering diucapkan, muncul hiperkoreksi, yakni upaya menganggap bentuk yang “lebih rumit” justru dianggap benar. Namun dalam kajian linguistik normatif, frekuensi penutur tidak otomatis menentukan kebakuan.

Kesimpulan

Bentuk imbauan benar sesuai standar KBBI:

Sesuai fonologi bahasa Indonesia: tidak ada protesis /h/.

Sesuai morfologi: dasar kata imbau, bukan himbau

Sesuai etimologi Melayu.

Bentuk himbauan termasuk hiperkoreksi, bukan baku.

Dikutip dari berbagi sumber oleh redaksi bengkuluinteraktif.com