Interaktif News – Rentetan dampak penggunaan energi kotor batu bara antara lain mengakibatkan 7 juta kematian dini karena polusi dan perampasan ruang hidup, telah melatarbelakangi gerakan Sekolah Energi Bersih yang digagas Kanopi Hijau Indonesia.

Sekolah Energi Bersih, berangkat dari kenyataan bahwa krisis iklim kini menjadi ancaman yang nyata bagi dunia. Peningkatan suhu bumi dan perubahan pola cuaca serta kerusakan ekosistem merupakan dampak serius dari tingginya penggunaan energi kotor.

Kondisi ini memperlihatkan bahwa ketergantungan terhadap enegi kotor tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga mengancam kesehatan dan keberlangsungan hidup.

Direktur Program Kanopi Hijau Indonesia, Suarli menilai dibutuhkan langkah strategis berupa peningkatan kesadaran masyarakat, khususnya generasi muda tentang bahaya penggunaan energi kotor dan dampaknya.

“Melalui sekolah enegi bersih ini diharapkan generasi muda dapat memahami urgensi transisi energi sekaligus menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan. Edukasi yang di berikan menjadikan modal penting sebagai agen perubahan dalam menyuarakan serta menggerakan aksi nyata di lingkungan sekitar,” katanya di sela-sela roadshow Sekolah Energi Bersih di SMA Negeri 8 Kota Bengkulu.

Sebanyak 600 orang siswa mengikuti Sekolah Energi Bersih yang disosialisasikan oleh KHI dan mereka menyatakan mendukung SEB ini.

Seperti yang di ungkapkan Nauren Zakia Mukti, siswa dari kelas XI IPA¹, mengatakan, agar Sekolah Energi Bersih terus berlanjut memberikan edusi kepada masyarakat, mngingat pentingnya menjaga lingkungan.

“Sangat mengedukasi, tidak hanya mengenai energi bersih saja. Tetapi juga terdapat beberapa game yang mengajarakan arti kebersamaan terutama dalam menjaga lingkungan,” ucap Nauren.

Selain belajar bersama, siswa-siswi SMA Negeri 8 Kota Bengkulu juga terlibat berdonasi dan berkampanye menyuarakan pentingnya transisi energi.

Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Kota Bengkulu, Elvina Faisal, M. Pd., mengatakan, kegiatan Kanopi Hijau Indonesia ini sejalan dengan harapan sekolahnya.

“Harapan kami tentunya SEB bisa dilanjutkan, tidak hanya di SMA 8 Negeri Bengkulu tapi juga sekolah lain. Karena menurut saya betapa pentingnya mengenai kesadaran tentang lingkungan,” katanya.

Seharusnya kata dia pemerintah dapat menggantikan PLTU berbahan batubara dengan tenaga uap yang ramah lingkungan.

“Harapan saya dan kami semua tentu supaya pemerintah sadar akan dampak buruk penggunaan energi kotor ini, terutama batubara sebagai bahan pembangkit listrik, kalau di Bengkulu di PLTU batubara Teluk Sepang, dengan menggantikan dengan energi yang ramah lingkungan,” kata Elvina.

Editor: Iman SP Noya