Interaktif News – Suasana duka masih menyelimuti sebuah rumah sederhana di Desa Kampai, Kecamatan Talo, Kabupaten Seluma. Di rumah itu, Liskan dan istrinya, Kusnawati, hanya bisa menatap foto anak bungsu mereka, Adellia Mesya atau akrab disapa Ame yang kini telah tiada.

Ame, perempuan 23 tahun yang berangkat ke Jepang setahun lalu untuk mencari penghidupan lebih baik, mengembuskan napas terakhir di Seinan Medical Centre Hospital, Prefektur Ibaraki, pada 7 November 2025. Ia meninggal setelah berjuang melawan meningitis tuberculosis selama beberapa bulan.

Kabar duka datang lewat telepon dari sesama pekerja migran di Jepang yang menemani Ame selama sakit. “Anak kami meninggal sekitar pukul satu siang waktu Jepang,” kata Liskan (72) ayah Ame, dengan suara bergetar.

Ame, seperti banyak anak muda lain yang berangkat ke Jepang dengan harapan tinggi. Ia ingin membantu ekonomi keluarga dan membanggakan orang tuanya. Namun karena minimnya peluang kerja di daerah, ia berangkat menggunakan visa wisata, bukan visa kerja resmi.

Keputusan itu diambil bukan tanpa risiko. Tapi bagi Ame, kesempatan itu satu-satunya jalan keluar dari mengubah ekonominya. Setahun kemudian, tubuhnya justru terbujur kaku di negeri asing yang jauh dari rumah.

Jenazahnya kini masih berada di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo. Proses administrasi pemulangan tengah diurus oleh pihak KBRI dan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI).

Namun, masalah muncul ketika pihak keluarga diminta menyiapkan biaya pemulangan jenazah. Estimasi dana yang dibutuhkan mencapai Rp100 juta hingga Rp150 juta.

“Kami sebagai orang tua cuma meminta agar anak kami (Ame) dipulangkan ke Indonesia. Kami minta bantuan kepada pihak-pihak yang terkait, ” ucap Liskan

Keluarga berharap bantuan pemerintah daerah hingga pusat, mulai dari Bupati Seluma, Pemerintah Provinsi Bengkulu, hingga Presiden Prabowo membantu biaya dan administrasi pemulangan jenazah.

“Kami sangat butuh bantuan dari Pemerintah, Pak Bupati, DPRD, Gubernur Bengkulu hingga Pak Presiden agar dapat membantu kepulangan anak kami, baik itu secara administrasi dan dana kepulangannya,” harap Liskan lirih.

Untuk meringankan beban, keluarga membuka donasi publik melalui rekening BRI atas nama Lesti Atika (BRI 569101019758535) sepupu Ame yang menjadi koordinator penggalangan dana.

Sementara Bupati Seluma Teddy Rahman menyampaikan duka cita dan memastikan pemerintah daerah akan membantu.

“Atas nama pribadi dan Pemerintah Kabupaten Seluma, kami turut berduka cita. Kami akan mengambil peran agar jenazah almarhumah bisa dipulangkan ke rumah orang tuanya,” kata Teddy Rahman.

Pemerintah daerah, melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Seluma telah menindaklanjuti instruksi bupati.

Plt Kadisnakertrans Seluma, Ikhsan Sahudi, mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Sumatera Selatan di Palembang, KP2MI di Jakarta, serta KBRI di Tokyo.

“Karena almarhumah menggunakan visa wisata, prosesnya agak panjang. Namun kami berupaya maksimal agar jenazah segera bisa dipulangkan.” jelas Ikhsan

Reporter: Deni Aliansyah Putra