Interaktif News – Di antara rimbun hutan dan jalan berlumpur Kabupaten Seluma, langkah Merry Annita Sari tak pernah benar-benar berhenti. Sepatu yang kerap basah oleh lumpur dan perjalanan panjang yang melelahkan menjadi bagian dari kesehariannya sebagai bidan di wilayah terisolir. Warga mengenalnya dengan satu sebutan penuh hormat: “Bidan Rimba”.

Sejak 2013, Merry Annita Sari, Amd.Keb, mengabdikan diri melayani kesehatan ibu dan anak di pelosok Seluma. Akses jalan yang sulit, jarak tempuh berjam-jam, hingga minimnya fasilitas kesehatan tak pernah menjadi alasan untuk mundur. Bagi Merry, setiap panggilan persalinan adalah tanggung jawab kemanusiaan yang tak bisa ditunda.

Dalam kesunyian rimba, kehadiran Merry bukan hanya soal layanan medis. Ia menjadi penenang di saat genting, penguat bagi para ibu, dan harapan bagi keluarga yang selama ini jauh dari sentuhan negara. Banyak persalinan ia tangani dengan keterbatasan alat, namun selalu dengan ketulusan dan keberanian.

Pengabdian panjang itu akhirnya mendapat pengakuan di tingkat nasional. Pada tahun 2024 lalu, Merry Annita Sari dinobatkan sebagai Bidan Teladan Tingkat Nasional. Atas prestasinya tersebut, ia menerima hadiah sebuah sepeda motor langsung dari Menteri Kesehatan RI kendaraan yang bukan sekadar hadiah, tetapi alat perjuangan untuk menjangkau wilayah-wilayah yang sulit diakses.

Penghargaan itu menjadi titik penting dalam perjalanan hidupnya. Setelah 14 tahun mengabdi sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) di daerah terpencil, Merry akhirnya diangkat sebagai Calon Aparatur Sipil Negara (CASN) oleh Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin. Sebuah pengakuan negara atas pengabdian panjang yang selama ini ia jalani dalam sunyi.

Namun bagi Merry, penghargaan dan status bukanlah tujuan utama. Jalan rimba tetap ia lalui, warga tetap ia layani, dan panggilan kemanusiaan tetap ia jawab tanpa ragu.

Dedikasi itulah yang kembali mengantarkan Merry Annita Sari menerima penghargaan Wanita Inspiratif pada peringatan Hari Ibu ke-97. Penghargaan ini menjadi simbol apresiasi atas peran perempuan yang bekerja jauh dari sorotan, namun berdampak nyata bagi kehidupan banyak orang.

“Saya sangat bersyukur dan berterima kasih atas semua penghargaan ini. Ini sangat menyentuh hati dan menjadi penyemangat bagi saya untuk terus mengabdi,” ujar Merry.

Julukan “Bidan Rimba” lahir dari cerita-cerita perjuangan itu dari malam-malam panjang mendampingi persalinan darurat, dari langkah yang menembus hutan, hingga kesabaran menghadapi keterbatasan. Semua ia jalani dengan satu keyakinan, setiap ibu berhak mendapatkan layanan kesehatan yang layak.

Di momentum Hari Ibu, sosok Merry mencerminkan makna perempuan Indonesia yang sesungguhnya tangguh, peduli, dan setia pada pengabdian. Kiprahnya tidak hanya menyelamatkan kesehatan ibu dan anak, tetapi juga memberi inspirasi bagi banyak tenaga kesehatan dan perempuan lainnya.

Merry berharap, perhatian terhadap pelayanan kesehatan di daerah terisolir semakin meningkat, agar tidak ada lagi kesenjangan hak kesehatan antara kota dan pelosok. “Penghargaan ini menjadi penyemangat untuk terus melangkah. Semoga pelayanan kesehatan di daerah terpencil bisa semakin diperhatikan,” katanya.

Baginya, Hari Ibu bukan hanya tentang ibu kandung semata. “Hari Ibu juga tentang mereka yang berperan seperti ibu, nenek, bibi, guru yang memberi pengaruh positif dalam hidup kita. Momentum ini adalah saatnya kita lebih mengekspresikan kasih sayang,” pungkas Merry.

Reporter: Ipul Pekal