Interaktif News – Intensitas hujan yang tinggi dalam beberapa hari terakhir meningkatkan potensi terjadinya bencana hidrometeorologi di sejumlah wilayah, termasuk banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang. Kondisi ini perlu diwaspadai terutama di daerah dengan topografi perbukitan, aliran sungai, serta kawasan permukiman padat.

Dilansir dari situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi panjang dapat memicu peningkatan debit air sungai dan menurunkan stabilitas tanah. Secara ilmiah, tanah yang jenuh air kehilangan daya ikatnya sehingga rentan mengalami longsor, terutama di lereng curam dan wilayah dengan tutupan vegetasi minim.

Menurut kajian BMKG, fenomena hujan ekstrem dipengaruhi oleh dinamika atmosfer seperti aktifnya gelombang ekuator, kelembapan udara yang tinggi, serta pertemuan massa udara. Kombinasi faktor tersebut dapat menyebabkan hujan turun secara terus-menerus dalam waktu lama, bahkan disertai angin kencang dan petir.

Berikut beberapa tipe hujan yang kerap memicu bencana alam:

Hujan Konvektif (Awan Cumulonimbus)

Hujan konvektif merupakan jenis hujan yang berasal dari awan Cumulonimbus. Hujan ini ditandai dengan intensitas sangat lebat dalam waktu singkat, sering disertai petir, angin kencang, bahkan hujan es.

  1. Ciri utama : Turun secara tiba-tiba, Intensitas sangat deras dalam waktu singkat, disertai petir, kilat, angin kencang dan berpotensi hujan es
  2. Umum terjadi : Siang hari hingga sore hari dan saat suhu permukaan tinggi
  3. Potensi bencana : Banjir bandang, genangan air di kawasan perkotaan, puting beliung, pohon tumbang, badai petir yang membahayakan aktivitas luar ruang

Hujan Orografis (Pegunungan)

Hujan orografis juga patut diwaspadai, terutama di wilayah pegunungan dan daerah hulu sungai. Hujan ini terjadi ketika massa udara lembab dipaksa naik mengikuti lereng gunung, kemudian mendingin dan membentuk hujan. Secara alami, hujan orografis membantu keseimbangan ekosistem pegunungan.

  1. Ciri utama : Terjadi ketika massa udara lembab naik mengikuti lereng gunung, Intensitas hujan bisa sedang hingga lebat, Durasi relatif lebih lama
  2. Umum terjadi : Wilayah pegunungan dan perbukitan, Daerah hulu sungai
  3. Potensi bencana : Tanah longsor terutama di lereng curam, banjir bandang di wilayah hilir, erosi tanah, Kerusakan lahan pertanian
  4. Faktor pemicu utama : Deforestasi dan alih fungsi lahan dan minimnya daya serap tanah

Hujan Siklonal (Pertemuan Massa Udara)

Hujan siklonal juga menjadi perhatian, terutama di wilayah tropis dan khatulistiwa seperti Indonesia. Hujan ini terjadi akibat pertemuan massa udara atau sistem tekanan rendah yang memicu pembentukan awan hujan secara masif. Intensitas hujan siklonal bisa sangat tinggi dan berlangsung dalam durasi yang relatif singkat.

  1. Ciri utama: Terjadi akibat pertemuan dua massa udara berbeda tekanan, dapat berlangsung tiba-tiba, Intensitas hujan bisa sangat lebat
  2. Umum terjadi: Wilayah khatulistiwa termasuk Indonesia dan saat terdapat gangguan cuaca skala regional
  3. Potensi bencana: Banjir di daerah dataran rendah, luapan sungai, genangan luas di kawasan permukiman

Bencana akibat hujan tidak semata disebabkan oleh faktor alam, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Alih fungsi lahan, sistem drainase yang buruk, serta penyempitan daerah aliran sungai memperbesar risiko banjir dan genangan saat hujan deras terjadi.

Pemahaman terhadap tipe hujan dan karakteristiknya dinilai menjadi bagian penting dari mitigasi bencana. Dengan mengenali tanda-tanda hujan berisiko tinggi, masyarakat diharapkan tidak hanya waspada, tetapi juga mampu mengambil langkah antisipatif demi keselamatan bersama.

Editor: Iman SP Noya