Si Dungu Bercerita

Si Dungu Bercerita

Perjuangan adalah langkah awal menuju kesuksesan, banyak orang terkesan melihat para sarjana lulus dengan nilai cumlaude dan mengecilkan orang orang yang masih bergelut di dunia akademik dan parahnya lagi sampai terucap kata kata "kuliah aja kamu lama selesai apa lagi sukses" ucap mereka dengan penuh kebanggaan. 

Sebuah pertarungan psikologis bagi orang tuang, mungkin hati mereka teriris ketika anak tetangga sudah menyelesaikan studinya sedangkan anaknya masih berjuang menggeluti dunia pendidikan. Namun, begitu hebatnya kasih sayang orang tua kepada anaknya, sang ibu tegar dan besar hati ketika ditanya tetangga "anakmu kapan wisuda?" sebuah pertanyaan yang sangat menampar bagi seorang ibu.

Sang ibu tetap sabar dalam menyemangati dan mendoakan anaknya, karena sang ibu tahu puncak kesuksesan tidak semata dilihat dari cepat lambatnya menyelesaikan perkuliahan. Sang ibu pun tahu, untuk mencapai kesuksesan harus menghadapi rintangan yang besar.

Seperti kata pepatah "kapal yang besar tidak akan cepat menepi jika patah kemudi, namun perahu yang kecil akan menepi walau hanya dengan sebilah bamboo." Kata kata itu meyakinkan sang ibu, bahwa anaknya sekarang sedang berjuang dalam mencapai kesuksesan hidupnya walau dalam keterlambatan. 

Demikian juga dengan Si anak tidak sedikit juga hati sang anak yang tergores dan tersentak ketika melihat teman dan kawan seperjuangannya sudah memakai toga.  Teman yang dulunya tempat bersenda gurau, teman yang dulunya tempat berbagi rasa suka dan duka namun kini ia harus berjuang sendirian mengahadapi ketangguhan sang dosen. Namun tidak bisa dipungkiri, siapa yang bisa ia yang mendapatkannya, siapa yang punya ia memilikinya. kecerdasan kadang dikalahkan dengan keberuntungan, kepintaran kadang dikalahkan dengan kepulusan (uang). Banyak juga orang yang meraih kesuksesan (bagi dirinya) mengeluarkan uang yang berlimpah ruah, membeli kekuasaan, membeli jabatan, membeli pengakuan, bahkan harga diripun mereka perjualbelikan. 

Sangat miris, jika dunia pendidikan,sosial,hukum bahkan dunia politikus harus dihargai dengan senilai rupiah (uang). betapa serakahnya mereka jika jabatan, kekuasaan, dan keberhasilan diimpaskan dengan rupiah. Pejamkanlah matamu sejenak lalu engkau pikirkan, apakah tujuan hidupmu untuk menyuap? Apakah hidupmu hanya untuk sebuah pujian? Apa mungkin hidupmu hanya untuk sebuah pengakuan? hanya diri kita sendiri yang mampu menjawab dimana letak dan keberadaan diri kita. Jangan biarkan kezhaliman atas diri kita, dan jangan diamkan kezhaliman dihadapan mata kita.

Penulis : Anasril Azwar
Editor : Riki Susanto