Interaktif News – Komunitas adat Muara Dua Semende Ulu Nasal di Kabupaten Kaur resmi meluncurkan sekolah adat pertama mereka di daerah itu. Sekolah berbasis pengetahuan dan kearifan lokal serta tradisi masyarakat adat ini diberi nama Sekolah Adat Tunggu Tubang.

Ketua Pengurus Daerah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kaur Agus Setiawan mengatakan, bahwa semangat dari sekolah ini adalah untuk melestarikan pengetahuan leluhur masyarakat adat yang sudah mulai memudar. “Kalau terus kita rawat segala pengetahuan dan tradisi leluhur ini, maka ia tidak akan hilang,” kata Agus dalam sambutannya di hdapan perwakilan DPRD Kaur dan perwakilan Pemerintah Kabupaten Kaur, Sabtu, 18 Oktober 2025.

Sementara itu, Ketua Pengurus Harian Wilayah AMAN Bengkulu Fahmi Arisandi mengatakan, bahwa berdirinya Sekolah Adat Tunggu Tubang, selain menjadi bukti dari keberadaan masyarakat adat. Namun juga menjadi pondasi awal untuk menyelamatkan beragam kekayaan pengetahuan leluhur masyarakat adat.

“Yang perlu sama-sama kita pahami, bahwa kita sebenarnya tidak dalam rangka meresmikan bangunan. Tapi yang sedang kita resmikan hari ini adalah nilai-nilai Semende tidak akan hilang,” kata Fahmi.

Dorong Perda Pengakuan Masyarakat Adat

Sementara itu, Wakil Ketua II DPRD Kabupaten Kaur Mardianto, mengaku mengapresiasi inisiasi pembangunan Sekolah Adat Tunggu Tubang yang kini berdiri di Desa Muara Dua, kecamatan Ulu Nasal.

Ia menyetujui, bahwa salah satu upaya strategis untuk melindungi kekayaan dan pengetahuan masyarakat adat salah satunya adalah dengan mendirikan sekolah adat yang dikelola oleh masyarakat adat.

“Adat budaya kita hampir hangus. Kita berharap sekolah adat juga didirikan di desa lain,” kata Mardianto di hdapan ratusan warga dan tamu undangan yang hadir.

Tak cuma itu, sebagai bentuk komitmen DPRD atas keberadaan masyarakat adat. Ia berjanji akan membantu mendorong percepatan pengakuan dan perlindungan masyarakat adat di daerah itu. “Mari kita diskusikan (Perda Masyarakat Adat), saya siap menjembatani,” katanya.

Sekolah Adat Tunggu Tubang, merupakan sekolah non formal yang menjadi rumah proses transfer pengetahuan leluhur masyarakat adat khususnya Semende di Kecamatan Ulu Nasal. Sekolah ini memiliki lima orang guru dengan beragam pengetahuan seperti, Ilmu Beladiri Silat Kuntau, Seni Menganyam, Seni Tari Adat, Seni Musik Gambus dan Rejung serta Pengetahuan soal Obat-obat tradisional.

Sekolah ini tak memungut biaya kepada peserta belajarnya, dan dikelola langsung oleh lembaga adat. Waktu belajar, juga berdasarkan kesepakatan antara guru dan murid. Serta tak mengenal seragam dan batas usia.

“Semua orang adalah guru. termasuk siapa pun boleh jadi murid. Semangatnya adalah untuk melestarikan pengetahuan leluhur kami orang Semende,” kata Kuyin, Ketua Lembaga Adat Muara DUa Semende Ulu Nasal.

Editor: Miko Apriansyah