Biografi Kurt Lewin
Kurt Lewin Lahir di Prusia pada tanggal 9 September 1890. Ia merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Keluarganya yahudi kelas menengah yang memiliki dan mengelola suatu toko serba ada. Keluarga tersebut pindah ke Berlin pada tahun 1905, kemudian ia mendaftarkan dirinya ke Universitas Freiburg pada ilmu kedokteran, tetapi tidak ia lanjutkan dan berlanjut dengan belajar biologi di Universitas Munich selama 1 semester, lalu ia kembali ke Berlin pada tahun 1910 untuk belajar psikologi di Universitas Berlin hingga menyelesaikan gelar doktornya.
Awalnya ia memulai studi dengan minat dalam behaviorism, tetapi kemudian mengembangkan minat dalam psikologi gestalt. Ia bergabung dengan tentara Jerman pada tahun 1914. Dalam perjalanannya menjadi tentara, Lewin sempat terluka dalam pertempuran. Tetapi justru pengalaman-pengalaman inilah yang memberikan dampak besar pada pengembangan teori lapangan dan kemudian studi tentang dinamika kelompok.
Kemudian lewin meraih gelar P.hD dari Universitas Berlin dan berlanjut dengan menjadi dosen di sana pada tahun 1921. Lalu lewin bermigrasi ke Amerika Serikat. Ia menjadi profesor psikologi anak di Universitas Colonell selama 2 tahun. Lalu berlanjut dengan menjadi profesor di Universitas Iowa pada 1935.
Kurt Lewin menerbitkan a dynamic theory of personality pada tahun 1935. Kurt lewin menetap di amerika serikat hingga meninggal dunia pada usia 57 tahun pada 12 februari 1947 yang disebabkan serangan jantung. Kurt Lewin dimakamkan di Greenwood Cemetery di Brooklyn, New York.
Implementasi Teori Kurt Lewin
Dalam era pendidikan yang terus berkembang, Kurikulum Merdeka hadir sebagai upaya untuk menciptakan pembelajaran yang lebih fleksibel dan berpusat pada kebutuhan siswa. Salah satu pendekatan yang relevan dalam mendukung tujuan ini adalah implementasi Teori Kurt Lewin, yang menekankan pada proses perubahan yang dinamis dan berkelanjutan. Teori dan konsep yang dikembangkan oleh Kurt Lewin memiliki banyak implikasi yang relevan dalam konteks pembelajaran, diantaranya yaitu
Pendekatan Terapeutik.
Pendekatan teraupetik adalah strategi atau metode yang digunakan dalam bidang psikoterapi dan konseling untuk membantu individu mengatasi masalah emosional, mental, atau perilaku mereka. Pendekatan teraupetik ini bisa di implementasi dalam pembelajaran. Pendekatan teraupetik dalam pembelajaran merupakan strategi atau metode yang digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung kesejahteraan mental, emosional, dan sosial siswa. Tujuan pendekatan ini yaitu untuk mengatasi masalah dan hambatan yang mungkin dihadari saat proses belajar, seperti kecemasan, stres, atau rasa tidak percaya diri, serta untuk memfasilitasi perkembangan pribadi dan akademik. Dalam konteks pembelajaran matematika, peran guru menjadi sangat vital dalam menerapkan teori ini untuk mencapai hasil yang optimal.
Teori Kurt Lewin terdiri dari tiga tahap utama: Unfreezing, Changing, dan Refreezing. Ini memberikan dasar yang sangat berguna untuk mengelola perubahan dalam pendidikan. Teori ini dapat digunakan untuk mengajar matematika di Kurikulum Merdeka sehingga diharapkan transisi pembelajaran ke pendekatan pembelajaran yang baru dapat dilakukan secara efektif dan berkelanjutan.
1. Unfreezing (Mencairkan)
Tahap pertama adalah Unfreezing, di mana fokusnya adalah mempersiapkan lingkungan dan pendidik untuk perubahan. Pada tahap ini, mereka mulai mempertanyakan situasi mereka saat ini dan menerima kebutuhan akan perubahan. Tahapan ini dapat dicapai dengan menggunakan tiga metode yaitu meningkatkan driving force, mengurangi restraining force dan kombinasi dari dua metode tersebut. Ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam konteks pembelajaran matematika pada kurikulum merdeka tahan Unfreezing Kurt Lewin, yaitu:
1) Sosialisasi dan Pelatihan Guru
Prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka yaitu penekanan pada kemandirian belajar, fleksibilitas metode pembelajaran, dan profil pelajar Pancasila. Semua prinsip ini harus diajarkan kepada guru matematika. Workshop, seminar, dan lokakarya dapat digunakan untuk memberikan pelatihan tentang metode terbaik untuk mengajar matematika yang sesuai dengan kurikulum merdeka. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan nantinya guru – guru dapat menerapkan metode pembelajaran yang efektik yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa sehingga pembelajaran matematika lebih fleksibel.
2) Diskusi Terbuka
Dengan mengadakan diskusi dan forum terbuka untuk guru matematika, maka para guru dapat berbagi masalah, harapan, dan kekhawatiran yang sedang mereka hadapi dalam melaksanakan kurikulum merdeka. Ini akan membantu mengurangi resistensi terhadap perubahan dan mendorong kolaborasi. Diskusi ini dapat dilakukan misalnya saat Musyawarah Guru Mata pelajaran (MGMP) Matematika. Guru dapat berbagi pengalaman “praktek baik” yang telah dilakukan disekolahnya sehingga menginspirasi untuk melakukan perubahan pengajaran ke arah yang lebih baik.
3) Penelitian dan Refleksi
Metode ini dapat mendorong guru untuk melakukan penelitian dan refleksi tentang praktik pengajaran mereka dan mengetahui alasan mengapa perubahan diperlukan. Studi kasus dan contoh nyata dari sekolah lain yang telah berhasil menerapkan Kurikulum Merdeka dapat digunakan sebagai referensi. Hasil dari penelitian atau refleksi ini nantinya dapat diupload di “Aksi Nyata” pada Platform Merdeka Mengajar (PPM) sehingga nantinya akan memberikan dampak baik yang lebih luas kepada guru-guru dari berbagai penjuru Indonesia.
2. Changing (Mengubah)
Tahap Changing adalah tahap dimana pendidik mulai menerima dan mengimplementasikan perilaku, pemikiran, atau proses baru dalam pengajaran matematika. Pendidik meninggalkan kebiasaan lama dan mencoba pendekatan baru. Ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam konteks pembelajaran matematika pada kurikulum merdeka tahan Changing Kurt Lewin, yaitu:
1) Perencanaan Pelajaran Berbasis Proyek
Pendidik dapat membuat rencana pelajaran yang menekankan pada pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning). Pembelajaran berbasis proyek memungkinkan siswa menggunakan konsep matematika dalam situasi dunia nyata. Misalnya, mereka dapat melakukan proyek untuk mensimulasikan pengukuran area dan volume dengan membuat model bangunan atau taman. Pembelajaran berbasis proyek ini juga dapat diterapkan dalam kegiatan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) yang dikaitkan dengan mata pelajaran matematika. Jadi dalam penyusunan topik P5, fasilitator dan guru mata pelajaran matematika dapat saling berkolaborasi untuk menyusun program projek yang sesuai dengan lingkungan sekolah. Program ini nantinya dapat menjadi program sekolah yang nantinya juga bisa dilampirkan pada Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP) sekolah.
2) Pembelajaran Aktif dan Interaktif
Pendidik dapat menggunakan pendekatan pembelajaran aktif dan interaktif, seperti pembelajaran Problem Based Learning dan Inquiry Based Learning. Pendidik dapat mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pendidik dapat memberi pendahuluan masalah kontekstual, contohnya : "Yunia pergi ke toko untuk membeli buku dan pensil. Harga sebuah buku adalah Rp 25.000, dan harga sebuah pensil adalah Rp 4.000. Jika Yunia membeli 2 buku dan beberapa pensil sehingga total belanjaannya Rp 58.000, berapa banyak pensil yang dibeli Yunia?"
3) Penilaian Autentik
Berbagai bentuk penilaian autentik digunakan untuk mengukur pemahaman siswa tentang matematika. Penilaian ini termasuk portofolio, proyek kelompok, presentasi, dan eksperimen yang menunjukkan bagaimana siswa menggunakan matematika dalam situasi nyata. Penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana siswa telah memainkan peran aktif dan kreatif.
3. Refreezing (Membekukan Kembali)
Tahap Refreezing adalah tahap untuk menetapkan perubahan sebagai kebiasaan baru sehingga tidak kembali ke perilaku yang lama. Tahap ini merubah perilaku baru yang kemudian dikonsolidasi dan menjadi bagian yang permanen dari kehidupan individu atau kelompok. Dengan kata lain, perubahan yang telah diimplementasikan perlu diperkuat dan distabilkan sehingga menjadi bagian dari budaya pengajaran matematika. Ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam konteks pembelajaran matematika pada kurikulum merdeka tahan Refreezing Kurt Lewin, yaitu:
1) Evaluasi Berkala
Evaluasi berkala bertujuan untuk menilai metode pengajaran baru dan memberikan umpan balik yang bermanfaat kepada guru dan siswa pada mata pelajaran matematika yang telah dilakukan sebelumnya. Evaluasi ini dapat mencakup observasi kelas, analisis hasil belajar siswa, dan survei tentang kepuasan guru dan siswa. Evaluasi berkala untuk guru merupakan suatu proses yang penting untuk memastikan kualitas pengajaran dan pengembangan profesional guru secara terus-menerus. Proses evaluasi ini tidak hanya penting untuk peningkatan kualitas mengajar, tetapi juga penting sebagai bagian dari pengakuan dan pengembangan karir guru.
2) Pengembangan Profesional Berkelanjutan
Pengembangan Profesional Berkelanjutan bertujuan untuk memberikan peluang bagi guru matematika untuk terus memperdalam dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Pengembangan profesional berkelanjutan untuk guru adalah suatu proses vital yang membantu mereka tetap relevan dalam keahlian pedagogis mereka, memperbarui pengetahuan subjek, dan meningkatkan keterampilan mengajar. Pengembangan profesional berkelanjutan ini tidak hanya mendukung peningkatan kualitas pendidikan, tetapi juga memotivasi guru dan meningkatkan kepuasan kerja mereka. Komponen utama dari pengembangan profesional berkelanjutan dapat meliputi: pelatihan dan workshop, PPG (Pendidikan Profesi Guru), konferensi dan seminar, pengembangan kurikulum, penelitian dan publikasi, jaringan profesional, dan memberikan beasiswa profesi maupun program magister bagi pendidik yang dapat diberikan oleh pemerintah. Pengembangan profesional berkelanjutan tidak hanya meningkatkan kualitas pengajaran tetapi juga memastikan bahwa guru merasa dihargai dan diberdayakan dalam profesi mereka, yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan hasil pendidikan secara keseluruhan.
3) Kolaborasi dan Dukungan
Membangun budaya kerja sama di mana guru matematika dapat berbagi pengalaman dan praktik baik. Ini juga melibatkan dukungan dari kepala sekolah dan partisipasi aktif dari orang tua dalam menciptakan cara baru untuk mengajar matematika. Kolaborasi dan dukungan antar guru matematika sangat penting untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di dalam kelas. Beberapa bentuk kolaborasi dan dukungan yang dapat dilakukan oleh guru matematika yaitu pembelajaran profesional berkelompok, mentorship dan coaching, proyek kolaborasi, workshop dan pelatihan bersama, serta kerjasama lintas disiplin ilmu. Dengan berkolaborasi dan mendukung satu sama lain, guru matematika dapat memperkaya praktik pengajaran mereka, meningkatkan pemahaman konsep matematika di kalangan siswa, dan secara profesional terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan dalam pendidikan.
Konsep membekukan (Unfreezing), mengubah (Changing), dan membekukan kembali (Refreezing) dari model tiga tahap Lewin dapat diadaptasi ke dalam konteks pembelajaran. Dengan menerapkan teori perubahan Kurt Lewin dalam pengajaran matematika pada Kurikulum Merdeka, sekolah dapat memastikan bahwa transisi ke metode pengajaran yang baru dilakukan secara efektif, sehingga nantinya diharapkan akan menghasilkan pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan bagi siswa.
Penulis adalah Yunia Jumita Ningrum, mahasiswa Magister Pendidikan Matematika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung