Mengelola Energi Sosial Dalam Berpikir Sistemik

Mengelola Energi Sosial Dalam Berpikir Sistemik

Dari beragam KRISIS yang tengah terjadi, kita bisa menarik satu pola yang sama, yakni adanya energi sosial yang mengalir deras di masyarakat, namun tidak memiliki sarana penyaluran  akhirnya meledak, dan menciptakan kerusakan.

Energi sosial dalam arti ini adalah daya-daya hidup yang melahirkan dan mengembangkan suatu peradaban, di dalamnya terdapat kreativitas untuk mencipta, dan insting dasar setiap kehidupan untuk melindungi dan mengembangkan dirinya.

Di dalamnya juga terdapat hasrat untuk diakui sebagai ada,  dengan segala keunikan dan dorongan khas daya-daya hidup yang ada di dalamnya.

Namun, energi sosial dan daya-daya hidup ini tidak ditata dengan baik, kekuatannya besar, namun tidak menemukan penyaluran yang sepadan, kekuatan serta kelebihan yang tidak dikenali dan dipelajari, sehingga ia tetap asing dan bahkan menakutkan untuk para penguasa yang bodoh dan picik.

Maka di dalam situasi ketidak tahuan itu, tanggapan utama yang timbul dari kebanyakan orang yang gagal faham adalah memusuhi dengan kecurigaan atau bahkan berusaha menumpas dengan kekerasan karena di anggap menyimpang dari adat serta kebiasaan yang mereka ketahui. 

Berpikir Sistemik

Ketika kita tidak melihat masalah secara jernih maka kita hanya melihat masalah sebagai masalah itu sendiri, seolah tanpa keterkaitan dengan hal-hal lainnya, pada titik ini kita memerlukan sudut pandang baru, yakni pola berpikir " SISTEMIK " !

Berpikir sistemik (SYSTEMS THINKING) merupakan sebuah upaya untuk memahami masalah ataupun keadaan dengan berpijak pada  SISTEM, di dalam pola berpikir sistemik, kita mendekati semua hal tersebut dari kaca mata keseluruhan.

Dalam hal ini sebuah SISTEM dapat dipahami sebagai hubungan yang saling terkait antara segala sesuatu membentuk keseluruhan (INTEGRAL UNIVERSAL ), seluruh dunia ( GLOBAL) dapat dilihat sebagai sebuah sistem besar yang memiliki sistem-sistem kecil sebagai bagian-bagiannya.

Ada dua hal dasar yang menjadi bagian dari setiap sistem, yakni tanggapan ( feedback ) dan penundaan ( delay ), kaitan antara tanggapan dan penundaan itu menciptakan beragam perubahan di sekitar kita, mulai dari sistem ideologi, budaya, sosial, politik, ekonomi moneter, sampai dengan sistem tubuh kita yang mempengaruhi kesehatan tubuh maupun batin kita.

Dari sudut pandang teori sistem, kita diajak untuk melihat kaitan dan hubungan dari berbagai hal,  kita diajak pula untuk melihat pola yang berulang dari berbagai perubahan yang terjadi, dan tidak hanya terpaku pada potongan-potongan peristiwa belaka.

Pencetus, Pembangun, Pemelihara Atau Pendobrak

Dalam sebuah upaya perwujudan sesuatu, cita-cita, program-program yang menyangkut komunitas, geng, kelompok, peer-group atau negara sekalipun, tak dapat lepas bahwa di dalamnya ada model empat itu, orang yang mencetuskan ide-ide.

Ada orang yang membangun apa yang sudah dicetuskan itu, ketika sudah ada wujud dari bangunan yang merupakan realisasi dari ide maka diperlukan orang-orang yang sudi merawat dan memelihara.

Di dalam memelihara tentu saja ada bagian yang rusak, bahkan mungkin tidak layak dan mengganggu, maka diperlukanlah pendobrak, posisi model tersebut bisa ada pada satu orang dengan satu peran bahkan lebih, secara potensialitas masing-masing orang memiliki semua model tersebut.

Hanya saja kecenderungan masing-masing orang berbeda-beda, ada yang cocoknya pencetus, ada yang pasnya membangun, memelihara dan ada yang hobinya mendobrak.

Perlu dipahami dengan pola dan model tersebut kita tentunya dipermudah, lebih gampang di dalam memanage diri dan mengolah apapun saja yang sedang dihadapi, kita jadi tahu bahwa yang sedang kita lakukan itu pada posisi sekedar mencetuskan atau sedang membangun atau sudah memelihara atau malah mendobrak.

Ibarat membangun rumah; pencetus itu ide, desain gambar rumah yang akan dibangun; pembangun itu kita mulai menyiapkan bahan bangunan, memanggil tukang, membuat pondasi, menumpuk bata menjadi dinding, sampai atap terpasang; pemelihara itu ketika rumah sudah jadi maka perlu dibersihkan, disapu, kalau ada genting bocor diganti.

Melakukan perbaikan dan perawatan secara kontinyu; pendobrak itu yang harus peka mana ruang yang nganggur, tidak terpakai, atau salah rancang dan salah bangun, tak perlu ragu mendobrak, membongkar apa yang sudah mapan ketika justru mengganggu dan merusak pertumbuhan sebagai manusia. 


Manusia harus terus tumbuh, seperti bayi dari lahir, tengkurap, merangkak, berjalan  hingga layu  bayi mudah dideteksi proses tumbuhnya, tapi kalau sudah dewasa maka tumbuhnya mulai kurang begitu diperhatikan selain tambah ubannya, tanggal giginya padahal semakin dewasa harus tetap mengalami pertumbuhan, pengetahuannya, ilmunya, mentalnya, spiritualnya dan hal lain menyangkut kepentingan ruhaninya. 

Sebab kalau merunut jasad saja maka mudah diprediksi bahwa manusia pasti akan menuju tua dan mati, sementara kalau pertumbuhan ruhani jika tidak ditumbuhkan ya tidak tumbuh, bahkan semakin kerdil, kalau itu semua luput dari perhatian kita maka agak susah untuk mengharapkan hidup berjalan normal apa lagi bahagia.

Dari Berbagai Sumber
Penulis: Freddy Watania
Editor: Riki Susanto