Kongres V PAN: Antara Kemenangan ZulHas dan Kepiawaian Politisi Senior Amien Rais

1

Ketua DPP PAN Periode 2015-2020 dan Ketua Komisi VIII DPR RI Periode 2019-2024, Yandri Susanto. Foto/Dok. 

Interaktif News, Jakarta (12/02/2020) -- Direktur Eksekutif Nusantara Institute PolCom SRC (Political Communication Studies and Research Centre), Andriadi Achmad mengakui kepiawaan politisi senior Amien Rais dalam memanage silent regeneration (regenerasi sunyi) kepada Zulkifi Hasan dalam kongres V PAN 10 - 12 Februari 2020 di Kendari Sulawesi Tenggara.

Hal ini ditunjukkan dengan kemenangan ZulHas sebagai Ketua Umum PAN Periode kedua 2020 - 2025, seolah menggerus figuritas Amien Rais. Padahal keberhasilan ZulHas tanpa didukung Amien Rais menunjukkan keberhasilan transformasi figuritas secara perlahan dari Amien Rais ke ZulHas.

"Secara pribadi saya menilai bahwa kemenangan ZulHas sebagai Ketum PAN dua periode seolah menandakan Amien Rais kehilangan pamor karena jagoannya tidak terpilih, Mulfachri Harahap. Justru disinilah kelihaian Ilmuwan Politik sekaligus politisi senior Amien Rais yang sulit dipahami secara kasat mata. Secara politik, soft  movement (gerakan halus) Amien Rais melakukan silent regeneration pengaruh dan figuritas di PAN kepada ZulHas merupakan High Political. Amien Rais paham betul bahwa tidak selamanya bisa berada dalam PAN, jadi musti mencari penggantinya yang kelak memiliki pengaruh besar dan dihormati kader PAN." ungkap pengamat Politik UPN Veteran Jakarta ini kepada awak media.

Lebih jauh, berdasarkan hemat saya bahwa kekalahan Mulfachri Harahap dalam kongres V PAN yang didukung politisi senior Amien Rais adalah sebuah strategi soft regeneration. Dalam posisi saat ini, justru kurang tepat jika Amien Rais secara terang-terangan mendukung ZulHas dalam kongres V PAN menjadi Ketum periode kedua, lantaran Amien Rais telah membakuka stigma Ketum PAN hanya satu periode. 

Sebagaimana kita ketahui pada kongres II tahun 2005 ketika Amien Rais melakukan regenerasi kepada Soetrisno Bachir, Kongres III tahun 2010 terpilih Hatta Rajasa dan Kongres IV tahun 2015 terpilih Zulkifli Hasan. Hatta Rajasa saat itu kembali mencalonkan diri untuk periode kedua dikalahkan ZulHas yang didukung Amien Rais. Sementara Kongres V justru ZulHas kembali terpilih sebagai Ketum dua periode dengan mengalahkan kandidat yang didukung Amien Rais.

"Apa kata dunia kalau Amien Rais mendukung ZulHas, seolah beliau tidak komitmen dengan stigma yang dipopulerkan bahwa Ketum PAN hanya satu periode. Selain itu, hubungan kekeluargaan antara ZulHas dan Amien Rais sebagai besan punya pengaruh besar. Intinya yang memenangkan kongres V PAN sebetulnya Amien Rais yaitu telah berhasil melakukan regenerasi pengaruh dan figuritas di PAN kepada ZulHas. Sebuah pepatah kuno mengatakan pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang mampu melahirkan pemimpin yang lebih baik setelahnya." tegas Andriadi Achmad.

Politik figuritas dan senioritas yang diperankan Amien Rais di PAN tidak seperti  politik figuritas yang diperankan Megawati di PDIP, SBY di Partai Demokrat, Surya Paloh di  Nasdem, Prabowo Soebianto  di Gerindra atau Wiranto saat di Hanura. Amien Rais mampu memainkan peran besar dalam internal PAN tanpa memegang posisi sebagai Ketua Umum, hanya sebagai Ketua Dewan Kehormatan PAN. Oleh karena itu, High Political yang diperankan Amien Rais bisa menjadi contoh bagi partai lain agar demokratisasi di parpol berjalan dengan baik dan tidak terkesan poliltical dinasti ataupun partai politik seperti perusahaan keluarga.

"Besarnya pengaruh Amien Rais di internal PAN tanpa membatasi demokratisasi di dalam parpol. Tidak seperti di PDIP, Partai Demokrat, Nasdem, Gerindra, bahkan Hanura serta parpol lainnya. Dominasi tokoh senior dan berpengaruh justru menunjukkan otoriterisme  serta mengebiri demokratisasi dalam internal parpol. Terakhir, selamat kepada Kongres V PAN dan ZulHas terpilih sebagai Ketum Periode 2020 - 2025. Walaupun terjadi insiden kecil perang lempar kursi antara pendukung calon Ketum PAN. Semoga semakin mendewasakan PAN kedepan." Demikian tutup Andriadi Achmad mengakhiri wawancara. (**)