Upaya Kudeta Gagal di Yordania

Ismail Nusantara Pulungan

Oleh: Ismail Nusantara Pulungan, MPS*
Kerajaan Yordania atau yang disebut juga Al-Mamlakah Al-Urduniyah Al-Hasyimiyah kembali menorehkan sejarah dalam dinamika politik Timur Tengah yang terjadi beberapa hari terakhir. Khususnya masyarakat Yordania yang dikejutkan dengan rencana gerakan Kudeta terhadap kepemimpinan Yang Mulia Raja Abdullah II Bin Al Hussein. Disinyalir upaya kudeta dilakukan oleh sebuah gerakan yang melibatkan sejumlah tokoh kesukuan, mantan pejabat tinggi Yordania Bassem Awadallah dan Putra Mahkota Yordania sebelumnya yang juga merupakan adik tiri dari Raja Abdullah II yaitu Pangeran Hamzeh bin Al Hussein. 

Dalam keterangan berdurasi 5.35 menit melalui media sosial Youtube Pangeran Hamzeh menyampaikan sejumlah keluhannya setelah menerima kunjungan Kepala Angkatan Bersenjata Yordania Jenderal Yousef Al Khenaiti, yang menyatakan larangan keluar rumah dan larangan melakukan komunikasi dalam dan luar negeri bagi Pangeran Hamzeh, termasuk memutus saluran telepon dan akses internet yang berada dikediamannya. Dalam video singkat tersebut Pangeran Hamzeh juga memepertegas dirinya tidak melakukan konspirasi politik dan terus berkomitmen untuk memberikan perhatian dan pelayanan terbaik kepada seluruh rakyat Yordania, serta keprihatinannya terhadap kondisi terkini yang terjadi termasuk dugaan adanya praktek-praktek korupsi yang dilakukan pemerintah. Sebagaimana diketahui bahwa selama beberapa waktu terakhir Pangeran Hamzeh kerap melakukan kunjungan ke daerah, bertemu dan mendengarkan sejumlah keluhan dari berbagai tokoh kesukuan dan masyarakat tentang permasalahan domestik yang dialami, serta aktif mengirimkan pemberitaan melalui sosial media.

Yordania merupakan negara Kerajaan yang dahulu pernah menjadi jantung peradaban kuno karena sangat diuntungkan dengan letak geografisnya. Bahkan hingga kini posisi Yordania masih dianggap sangat strategis dan sangat berpengaruh khususnya dalam perjanjian damai antara Konflik Palestina dan Israel. Seiring dengan kondisi ini sejumlah negara tetangga, berbagai kepala negara dan kepala pemerintahan telah mengirimkan dukungannya kepada Raja Abdullah II bin Al Hussein. Yordania sebagai Negara yang didirikan sejak tahun 1921 kembali menjadi salah satu fokus dunia saat ini karena keberadaan Yang Mulia Raja Abdullah II bin Al Huseein yang telah memimpin negara sejak 7 Februari 1999.  Sejumlah masyarakat mengaku terkejut bahkan tidak pernah mengira akan menghadapi kondisi ini. Yordania merupakan salah satu negara Timur Tengah yang terkenal stabil dan kondusif walaupun memang pernah mengalami protes besar saat memanasnya peristiwa Arab Spring dimana telah mampu merubah konstilasi politik dan pemerintahan dibeberapa negara tetangganya seperti Mesir, Libya, Tunisia bahkan konflik internal juga masih terus terjadi di Suriah. 

Yordania dibawah kepemimpinan Yang Mulia Raja Abdullah II terus meningkatkan pengamanan diseluruh penjuru dan perbatasan negara dan merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat keamanan yang cukup tinggi. Secara umum Yordania tidak memiliki musuh politik bahkan tidak ada kekuatan asing yang mencoba menciptakan konflik tertentu untuk merubah stabilitas atau mengambil keuntungan tertentu. Dinamika politik yang dihadapi Yordania saat ini merupakan tantangan baru bagi kepemimpinan Raja pemerintahan Perdana Menteri Bashir Hani Muhammad Al Khasawnah.

Pernyataan Yang Mulia Raja Abdullah II bin Al Hussein

Dalam surat terbuka yang disampaikan oleh Yang Mulia Raja Abdullah II bin Al Hussein kepada masyarakat Yordania pada tanggal 7 April 2021 menegaskan ”bahwa perselisihan yang terjadi selama beberapa hari terakhir telah berakhir, serta menegaskan bahwa Yordania akan selamanya dalam lindungan Allah SWT, dengan bepegang teguh terhadap kebijakan Jerusalem dan Palestina serta kesuciannya. Raja Abdullah II juga menegaskan bahwa hukum Internasional berlaku untuk semua orang, tanpa pengecualian,

hukum internasional akan tetap tegak sesuai dengan prinsip tanpa adanya pengaruh kekuasaan tertentu. Raja Abdullah II kembali menggaris bawahi bahwa Yordania akan terbebas dari segala bentuk hasutan dan akan tetap meningkatkan kewaspadaan militer dan penguatan sektor pertahanan dan keamanan negara. Raja Abdullah II menekankan bahwa Yordania telah terbiasa menghadapi tantangan, dan terbiasa pula menang akan tantangan apapun yang dihadapi. Persatuan dari seluruh rakyat Yordania akan semakin memperkuat kebersamaan dalam menghadapi segala bentuk ancaman yang mencoba memecah belahkan persatuan dan menggerogoti tanah air. Raja Abdullah II menerangkan bahwa tantangan dan fitnah yang terjadi beberapa hari terakhir bukanlah yang paling sulit atau paling berbahaya bagi mempertahankan stabilitas negara namun, Raja Abdullah II juga menyesalkan telah terjadinya perselisihan internal didalam keluarga yang diketahui oleh masyarakat. 

Raja Abdullah II juga menyatakan rasa keprihatinan yang sangat serius terhadap peristiwa ini. Namun Raja Abdullah II juga kembali meyakinkan tidak akan ada perubahan kebijakan apapun di dalam keluarga Al Hussein, sekaligus telah bersumpah untuk dapat memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh masyarakat, melindungi konstitusi dan hukum yang berlaku. Raja Abdullah II berjanji kepada seluruh masyarakat untuk menangani permasalahan terkait Pangeran Hamzeh dalam kerangka kekeluargaan Hashimi, dan telah mempercayakan kepada Pangeran Hassan bin Talal untuk dapat menjembatani dan menyelesaikan persoalan internal ini. Raja Abdullah II juga mengabarkan bahwa kondisi Pangeran Hamzeh dalam keadaan baik dan berkumpul bersama keluarga di kediamannya. Namun Raja Abdullah II juga menegaskan bahwa segala sesuatu yang terjadi tetap dalam proses penyelidikan sesuai dengan Undang -Undang dan akan ditangani oleh lembaga negara terkait secara adil dan transparan. 

Menanggapi persoalan domestik negara saat ini khususnya disektor ekonomi Raja Abdullah II menyadari bahwa kondisi negara menghadapi tantangan ekonomi yang cukup sulit dan kemudian diperburuk oleh pandemi Corona, namun Raja Abdullah II menyakini bahwa untuk melanjutkan perjuangan bersama memang dibutuhkan pengorbanan, maka disinilah dibutuhkannya persatuan seluruh rakyat Yordania apalagi akan memasuki usia seratus tahun negara, yang harus tetap kompak, kohesif serta membangun masa depan yang lebih layak untuk tanah air kita” Demikian pernyataan terbuka yang disampaikan oleh Yang Mulia Raja Abdullah II bin AL Hussein. Sebelumnya pada tanggal 06 April 2021, sementara itu Pangeran Hamzeh bin Al Hussein akhirnya menandatangani janji setianya kepada Raja Abdullah setelah dilakukannya mediasi melalui Pangeran Hassan bin Talal.

Penutup

Adanya dugaan keterkaitan campur tangan Saudi Arabia dalam kejadian ini tidak memiliki dasar, walaupun jikalau kita kaitkan dengan hubungan erat antara mantan pejabat tinggi kepala staf kerajaan Bassam Awadallah dengan sejumlah petinggi di Saudi Arabia. Maka secara Analisa politik dan secara diplomasi dapat kita simpulkan bahwa Saudi Arabia tidak memiliki kepentingan khusus bahkan terlibat dalam percobaan kudeta ini. Permasalahan yang dihadapi Yordania saat ini lebih kepada komunikasi antara sesama keluarga kerajaan dan penyelesaian sejumlah permasalah domestik yang ada seperti masih tingginya angka kemiskinan, solusi terhadap meningkatnya penganguran serta penyelesaian wabah pandemi Corona telah menjadi pemicu terjadinya konflik.

Kita ketahui bersama bahwa Yordania memiliki kepentingan demi kelangsungan negara dengan terus membina hubungan baik dengan semua pihak khususnya dengan negara-negara teluk GCC, Iran, Turki, Inggris, Maroko, Kenggotaan OKI, Uni Eropa dan Amerika Serikat dibawah kepemimpinan Presiden Joe Biden saat ini. Sebagaimana media meliput dalam sambungan telepon langsung bersama Yang Mulia Raja Abdullah II, Presiden Biden telah kembali menegaskan komitmen dan dukungan AS bagi Yordania yang sebelumnya sempat dihentikan oleh pendahulunya. Presiden Biden juga menekankan untuk dilanjutkannya pembahasan solusi dua negara the two- state solution dalam penyelesaian konflik Palestina dan Israel. Sebagai catatan penting kita

bersama bahwa pada saat pemerintahan Presiden Donald Trump memang Israel telah melakukan beberapa percobaan konspirasi dengan menganggap bahwa Yordania tidak pernah ada. Namun saat ini Biden sebaliknya dan lebih memilih untuk membina hubungan baik antara keduanya, termasuk peningkatan hubungan pertahanan dan bantuan keamanan serta mendukung kedaulatan Yordania, dan lebih khusus dalam kelanjutan pembahasan perdamaian Palestina. Sebagaimana telah diketahui publik pula bahwa memang telah ada konflik antara Yang Mulia Raja Abdullah II dengan Perdana Menteri Israel Binyamin Netanyahu, disinyalir berawal dari larangan Israel kepada Putra Mahkota Yordania saat ini Pangeran Hussein bin Abdullah II yang mendapat larangan bahkan penolakan saat ingin berkunjung ke Masjidil Aqsa beberapa waktu lalu, konflik ini berlanjut dengan adanya larangan melintas bagi pesawat PM Netanyahu di atas wilayah Yordania. Hubungan kedua negara semakin tidak harmonis setelah Israel melakukan pembekuan terhadap pembagian kebutuhan Air bagi Yordania hingga saat ini.

*Penulis merupakan kandidat Doktor bidang Kajian Pertahanan dan Hubungan Internasional di Centre d’Etudes Diplomatique & Strategiques, CEDS Institute Paris dan sekaligus pengamat Timur Tengah, pernah menyelesaikan pendidikan di University of Jordan bidang Ilmu Politik dan Kajian Timur Tengah, dan saat in bertugas sebagai Analis Politik pada Kedutaan Besar RI untuk Kerajaan Denmark merangkap Republik Lithuania berkedudukan di Kopenhagen.([email protected])