Tak Libatkan Sastrawan Lokal, Festival Sastra Bengkulu Diboikot

Festiva Sastra Bengkulu

Festival Sastra Bengkulu (FSB), Poto: Dok

Interaktif News - Festival Sastra Bengkulu (FSB) yang digelar di Bengkulu pada 13-15 September 2019 diboikot kalangan sastrawan di Bengkulu. Aksi boikot itu dilakukan lantara proses pelaksanaan FSB tidak melibatkan penggiat sastra  yang ada di Bengkulu. 

“Kami Sastrawan di Bengkulu menegaskan menolak penuh  Festival Sastra Bengkulu yang diselenggarakan hari ini” kata Nadi Hariansyah sastrawan yang tergabung di Komunitas Kedai Proses, Sabtu, (14/09/2019)

Menurut Sastrawan yang juga dosen sastra di Universitas Muhammadiyah Bengkulu ini, penyelengaraan FSB di Bengkulu itu sama sekali tidak melalui koordinasi dan melibatkan sastrawan-sastrawan yang ada di daerah dan terkesan dilaksanakan diam-diam. 

"Tahun lalu juga seperti ini, FSB diselenggarakan tanpa melibatkan komunitas sastrawan di Bengkulu. Kami harap pemerintah daerah peka dengan persoalan ini jangan difasilitasi lagi karena jelas tidak melibatkan anak daerah. Saya dan teman-teman sudah sepakat untuk memboikot acara" Jelas Nadi 

Penolakan juga disampaikan penggiat seni asal Bengkulu Jayu Marsias . menurut Jayu penyelenggaraan FSB di Bengkulu lebih kepada kepentingan materi dan eksistensi pihak tertentu bukan untuk pemberdayaan perkembangan sastra di Bengkulu 

“Kegiatan ini tak ada kontribusinya terhadap kemajuan sastra dan satrawan Bengkulu. Kegiatan ini hanya alat panitia pusat untuk kepentingan pribadi mereka, baik secara eksistensi maupun materi” ujar Jayu via pesan WhatApps.

Hal senada disampaikan Ganda Sucipta, menurutnya, penyelenggaran FSB tersebut tidak memberikan kontribusi bagi perkembangan sastra di Bengkulu. Ganda sejak awal sudah menyatakan menolak hadir di kegiatan tersebut sejak tahun lalu. 

“Kegiatan tersebut bukannya malah berkontribusi bagi kesusastraan di Bengkulu, alih-alih malah merusak ekosistem sastra di Bengkulu. Karena sebagian besar para penggagas (panitia pusat) itu adalah orang-orang yang tidak tau menau soal sastra di Bengkulu. Akhirnya hanya memunculkan nama-nama mereka saja di publik. Ujung-ujungnya tamasya dengan orang lokal sebagai tour gate. 

Sekarang mereka memulainya lagi kegiatan tahun kedua, tentu saya tambah jengkel. Apalagi ditambah dengan tidak adanya peran sama sekali sastrawan yang tinggal di Bengkulu. Baik itu sebagai kurator maupun pemateri. Lebih lucunya lagi ada yang namanya undangan khusus untuk seniman Bengkulu yang mereka pilih sendiri (secara lotre mungkin). Kan aneh yang punya rumah malah jadi tamu." Kata Ganda” kata Ganda dikutip Bengkulutoday.com,

Berikut beberapa nama sastrawan/pegiat seni di Bengkulu yang mendeklarasikan diri menolak FSB :

1. Edi Ahmad (Penyair/Pegiat Seni)
2. Herman Suryadi (Penyair/Penulis)
3. Amrizal DT Bijayo (Penyair/Pegiat Seni)
4. Jayu Marsuis (Penyair/Pegiat Seni)
5. Emong Suandi (Penyair/Pegiat Seni)
6. Nadi Hariyansyah (Penyair/Pegiat Seni)
7. Rosy Mardiansyah (Penyair/Pegiat Seni)
8. Ganda Sucipta (Penyair/Pegiat Seni)
9. Bagus Yuarto (Penyair/Pegiat Seni)
10. Rumasi Pasaribu (Penyair/Penulis)
11. Diana Gustina (Penyair)
12. M. Bisri Mustofa (Penyair/Pegiat Seni)
13. Sucenk Bae (Penyair Pegiat Seni)
14. Zhuan Zhulian (Penyair/Pegiat Seni)
15. Syakirin Endar Ali (Penyair/Pegiat Seni)
16. Yusni Hidayat (Penyair/Pegiat Seni)
17. Adhyra Pratama Irianto (Penyair/Pegiat Seni)
18. Adnan Wiliansyah (Penyair/Pegiat Seni)
19. DC Ariadi (Penyair/Pegiat Seni)
20. Ira Diana (Penyair/Penulis)
21. Edy Prayekno CLM (Penyair/Pegiat Seni)
22. Andi saleh (Pegiat Seni)
23. M. Duan Salis (Pegiat Seni

Reporter: Anasril Azwar
Editor: Riki Susanto