Saat ini pengaruh seni tradisional hortikultura bonsai sudah menyebar sampai ke pelosok desa di Indonesia. Bonsai juga merupakan warisan kuno seni botani yang terus bertahan sampai sekarang. Bonsai tidak hanya digemari oleh orang kalangan elite saja, melainkan juga pada kalangan masyarakat ekonomi biasa saja pun dapat menikmatinya. Berdirinya komunitas Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) dengan sebaran cabangnya yang ada di mana-mana, menandakan bahwa budaya bonsai sudah terpenetrasi lebih luas di masyarakat Indonesia.
Sejauh ini, kiblat seni bonsai di Indonesia sangat terpengaruh oleh gaya tradisi Jepang dan Cina. Hal ini memang tidak bisa dipungkiri karena pada dasarnya akar seni bonsai berasal dari wilayah Asia Timur. Sampai sekarang ini, proses akulturasi kebudayaan bonsai di ranah lokal masih begitu terasa nuansa asalnya.
Hobi bonsai ini terbilang unik secara pengejawantahannya. Siapa pun bisa mengkreasikan imajinasinya ke dalam tanaman dalam pot dangkal tersebut. Meskipun secara falsafah, bonsai yang baik memiliki aturan-aturan secara kultural tersendiri namun, ternyata implementasi di suatu wilayah terkadang begitu kontekstual menyesuaikan kondisi rasam masyarakatnya. Ada yang sangat patuh terhadap kanun perbonsaian. Ada pula yang berpikir out of the box dalam merancang serta memelihara bonsainya. Keduanya aliran menjadi sebuah dinamika yang harus terus tumbuh di jagat perbonsaian. Intinya, harus ada kelindan antara pendekatan hortikultura dengan dimensi estetika.
Di Indonesia, kontekstualisasi kultur bonsai terlihat dari bibit tanaman yang digunakannya. Bila di dunia internasional, bonsai seringkali didominasi oleh tanaman pohon pinus dan cemara, di Indonesia tanaman khasnya justru akan sangat memperkaya khasanah perbonsaian. Pendaman lokal yang khas Indonesia ternyata berjumlah banyak serta sangat pas apabila dijadikan sebagai bahan bonsai. Bila dianalisa, ada empat jenis tanaman Indonesia yang acap kali dijadikan bonsai oleh masyarakat di Indonesia.
1. Asam Jawa
Tamarindus indica atau sering disebut asam jawa (asem jawa menurut dialek lokal) adalah tanaman bonsai khas Indonesia yang paling populer dengan prospek harga jual fantastis. Alasan penghobi memilih asam jawa karena secara morfologi, tanaman ini yang paling ideal untuk dijadikan bonsai. Daunnya kecil dan dapat lebih kecil lagi ketika sudah berada pada media pot. Berbatang keras dengan tekstur kulitnya yang terkesan tua serta angker. Atmosfer kelokalan bonsai asam jawa sangat begitu terasa. Bila kita memandangi bonsai asam jawa di dalam pot tentu akan menemui kemiripan dengan yang aslinya di alam bebas.
Tidak hanya itu, bonsai tanaman tropis ini juga dapat dikonstruksikan layaknya cemara ataupun pohon-pohon subtropis lainnya. Jadi, kita bisa mengatur gerakan perantingan bonsai asam jawa sesuai dengan keinginan. Baik itu akan disesuaikan dengan gaya perbonsaian klasik, ataupun sesuai fantasi pemilik sendiri. Semakin tua usia bonsai asam jawa, biasanya akan sudah dapat berbuah di dalam pot. Hal ini tentu saja menjadi nilai plus dalam unsur estetika bonsai asam jawa tersebut.
Untuk membuat bahan bonsai dari tanaman asam jawa, biasanya masyarakat mempraktikkan tiga macam teknik. Pertama, cangkok atau stek. Teknik ini yang paling mudah dilakukan untuk membuat bonsai asam jawa dan terkesan cenderung instan dibandingkan lagam lainnya. Cara ini dinilai sangat cocok bagi orang yang ingin lekas mendapatkan bentuk pokok kayu bonsai yang kokoh dengan ranting yang sudah rimbun. Kedua adalah teknik grounding, yaitu dengan cara menanam bahan bonsai ke dalam tanah lapang. Trik ini dilakukan supaya batang bonsai dapat cepat membesar secara natural (tanpa pengkerdilan dari kecil) karena nutrisi di tanah lapang yang jauh lebih melimpah. Terkadang penghobi juga ikut memendam pot atau polibagnya sekaligus agar ketika sewaktu-waktu diangkat, akar bonsainya tidak terlalu berjibun menjalar kemana-mana. Ketiga, mulai program dari biji. Teknik ini dilakukan oleh pebonsai yang sabar dan ingin menghasilkan bonsai yang sesuai dengan program serta kaidah kebutuhannya.
Apapun teknik yang diterapkan, hasil akhir bonsai asam jawa yang sudah jadi memang begitu menawan. Nuansa natural tanaman berdaun lebat khas daerah dengan curah hujan tinggi memang menjadi magnet tersendiri. Tak heran, bonsai asam jawa sering menjuarai kontes. Keunikan Indonesia dalam khasanah perbonsaian ini terletak pada keeksotisan floranya yang elok.
2. Serut
Serut atau Streblus asper adalah tanaman berbatang keras, tumbuh liar dan sering dijumpai di kebun (kebon) warga. Di desa-desa, kita masih sering menemui pohon serut, terutama di pagar perbatasan tanah antar kebun. Selain di kebun, serut juga tumbuh subur di hutan kawasan Indonesia, Kamboja, Thailand, India, Sri Lanka, Malaysia dan Vietnam. Pada habitat liarnya, nilai ekonomi dari pohon serut cenderung kurang berharga. Namun, apabila tanaman ini sudah diprogram sedemikian rupa untuk bonsai, harganya bisa melambung tinggi. Serunya memiliki hobi bonsai ini salah satunya ialah bahwa tanaman kerdil ini bisa menjadi sarana investasi. Karena semakin tua tanaman, harganya akan melambung tinggi.
Serut ini merupakan tanaman khas Indonesia yang terkenal sekali soal keangkerannya. “Kalau malam-malam lewat kebon, jangan dekati pohon serut itu ya” adalah ungkapan yang sering dilontarkan oleh orang-orang di pedesaan pada zaman dulu. Banyak cerita rakyat beredar yang mengaitkan serut dengan adanya penunggu makhluk astral di sekitarnya. Namun itu sendiri merupakan mitos dan legenda. Terlepas itu semua, serut adalah bahan bonsai yang sangat cantik dan elegan. Tak hanya sebagai bahan bonsai saja, serut juga sering digunakan sebagai tanaman dekorasi untuk taman.
Batang serut tampak keras nan kokoh. Hal ini menambah sensasi citra naturalnya apabila sudah dipindahkan ke dalam pot bonsai. Ditambah lagi, daun serut yang sudah dibonsai biasanya akan mengecil secara alamiah, dengan ukuran setengah dari bentuk aslinya di alam liar. Bonsai serut juga termasuk gampang dalam perawatannya. Tanaman ini tahan pada kondisi media tanam kering, meskipun begitu jangan sampai tidak disiram sama sekali. Serut juga merupakan tanaman yang sangat mudah sekali untuk dibentuk-bentuk sesuai dengan pretensi penghobinya.
Untuk bahan bonsai serut ini, biasanya bisa didapatkan dengan cara stek dan dongkelan di alam liarnya. Kita bisa lihat, misalnya di kanal Youtube banyaknya penghobi yang mendongkel akar atau memotong batang serut dari alam, hutan atau habitatnya. Cara ini yang paling efisien untuk mendapatkan bahan bonsai serut, karena jarang sekali penghobi yang memprogramnya dari biji. Selain itu, saat ini kita tidak perlu repot-repot ke hutan ataupun kebon untuk berburu bahan bonsai serut. Cukup melalui pemesanan di marketplace saja, kita sudah banyak mendapatkan referensi serta opsi aneka bahan bonsai serut yang dijual dengan harga yang sangat terjangkau.
3. Kelapa
Indonesia merupakan salah satu negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia. Salah satu ciri dari ekosistem maritim adalah banyaknya tumbuhan bergenus cocos alias kelapa di sepanjang garis pantai. Secara kultural tanaman bonsai identik dengan tumbuhan dikotil berbatang kambium. Namun, di Indonesia kreasi masyarakat yang hidup di daerah tropis menjadikan tanaman kelapa sebagai bonsai yang indah serta potensial. Kelapa yang tumbuh subur di bumi nusantara ini adalah potret keeksotisan yang tiada duanya. Bisa dibilang kelapa merupakan salah satu ciri khas flora di negara maritim tercinta ini. Mungkin saja, kuantitas budidaya bonsai kelapa di Indonesia adalah salah satu yang terbesar di dunia.
Bonsai kelapa terbilang paling sulit perawatannya dibandingkan tanaman lainnya. Misalnya, batang bonsai retak saja akan menimbulkan kematian pada tanaman. Tidak hanya itu, akar yang terpangkas dan adanya serangan hama kumbang saja akan menimbulkan hal yang tidak diinginkan. Dapat dikatakan kelapa jauh lebih ringkih dan rentan dibandingkan bahan bonsai lainnya. Namun dari segi artistik, pesonanya tiada duanya. Apabila kita merawatnya dengan sabar dan telaten, maka kita akan mendapatkan tampilan visualnya yang elok.
Secara teknik, bonsai kelapa hanya bisa ditumbuhkan dengan biji atau buah kelapa yang sudah tua saja. Sudah jelas, bonsai kelapa ini tidak bisa distek ataupun dicangkok. Kalaupun dibudidayakan dengan teknik grounding, resiko untuk batang retak ataupun akar yang kurang tercabut akan mengakibatkan kematian terhadap tanaman. Jadi memang yang paling aman adalah pembibitan bonsai dengan menggunakan buahnya. Biasanya penghobi akan membudidayakan lebih dari satu bonsai kelapa di rumahnya. Hal ini dikarenakan membudidayakan bonsai kelapa ini cukup membuat ketagihan. Satu tanaman bonsai kelapa saja rasanya tidak cukup.
4. Beringin
Beringin tumbuh subur di kawasan Asia dan Australia. Tanaman bergenus ficus ini merupakan bahan bonsai yang paling mudah didapatkan di Indonesia. Kita bisa menemui beringin, mulai dari tembok bangunan, tebing batu sampai sekitar daerah aliran sungai. Perawatannya pun tergolong paling mudah. Tanaman ini sangat tahan banting, baik itu di kondisi berair ataupun kering. Sehingga, bagi para pebonsai pemula, tanaman beringin ini bisa menjadi pilihan terbaik untuk belajar membuat bonsai.
Anda pernah melihat bangunan keajaiban dunia, Angkor Wat di Kamboja? Situs bersejarah tersebut kondisinya saat ini tengah terlilit pohon beringin tua yang membuatnya terlihat sangat indah sekaligus kuno. Bahkan, tak jarang penghobi yang mengambil tema Angkor Wat itu sebagai sumber inspirasi dalam konsep bonsai beringinnya. Hal ini dikarenakan, beringin mempunyai akar gantung dan jalar yang bisa dibentuk-bentuk sesuka hati. Jadi, tak jarang apabila bonsai beringin seringkali dililitkan pada miniatur bangunan, candi ataupun bongkahan batu.
Kepopuleran bonsai beringin hampir menyamai pesona asam jawa. Dari segi batang, bonsai beringin lebih cepat terbentuk struktur kokoh nan kunonya. Keangkerannya juga tampak di sekujur batang beserta akar gantungnya yang terkesan mistis. Namun kekurangan dari bonsai beringin ada di daun yang sulit untuk dikerdilkan. Sehingga saat dijadikan bonsai, tanaman cenderung kurang natural seperti di alam liar. Meskipun begitu, dari segi struktur batang beringinlah juaranya. Tanaman ini begitu gagah dan sangat pas untuk berada di pot. Biasanya saat di acara kontes, bonsai beringin digunduli daunnya sehingga hanya menampakkan sisi gahar dari pohonnya. Seringkali, pemenang dari kontes bonsai ini adalah dari pohon beringin.
Sebenarnya masih banyak lagi tanaman khas Indonesia yang lumrah dijadikan bonsai. Misalnya saja waru, sisir, wahong sampai kawista. Namun, menurut pengamatan, keempat bonsai yang telah dielaborasikan di ataslah yang paling populer dan pengaruhnya signifikan di kancah perbonsaian lokal. Dari keempat tanaman bonsai khas Indonesia tersebut, manakah yang menjadi favorit anda?
Penulis adalah Dani Satria, Pemilik "Agro Tandjoeng" Penggemar Tanaman Hias dan Bonsai