Dukung Wonderful Bengkulu, Wisata Pulau Tikus Segera Dioptimalisasi

Pulau Tikus

Ketua Program Studi Ilmu Kelautan UNIB Zamdial Ta’alidin saat di wawancarai di Pulau Tikus, Poto/bengkuluinteraktif.com

Kita Bengkulu – Pulau Tikus merupakan pulau kecil yang terletak di sebelah Barat Kota Bengulu. Dengan jarak sekitar 10 km dari pusat kota. Pulau Tikus memiliki potensi ekowisata bahari terumbu karang dengan perairan yang jernih dan bersih sehingga keindahannya menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Terumbu karang yang ada di Pulau Tikus bisa dimanfaatkan sebagai objek ekowisata yaitu ekowisata bahari kategori diving dan snorkeling.

Ketua Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Bengkulu Zamdial Ta’alidin mengatakan, Pulau Saronde yang terletak di Laut Sulawesi Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, bisa menjadi contoh pengembangan dan pengelolaan Pulau Tikus di Provinsi Bengkulu.

Pulau Tikus

Dalam tulisan berjudul “Optimalisasi Pengelolaan Pulau Tikus Untuk Kegiatan Pariwisata Berbasis Konservasi” itu, Zamdial mengungkapkan, Pulau Tikus sudah terdampak oleh kegiatan manusia (anthropogenik-antropogenik) dan fenomena alam. kegiatan manusia yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan Pulau Tikus, seperti penangkapan ikan di perairan karang, penambatan perahu motor nelayan, penambatan perahu wisata dan aktivitas wisata.

Sementara fenomena alam yang menimbulkan dampak kondisi Pulau Tikus sekarang ini antara lain adalah terjangan gelombang dan arus laut, penaikan permukaan air laut (sea level rise) dan perubahan iklim.
“Kondisi kekinian (existing condition) Pulau Tikus, yang paling mengkhawatirkan adalah terus berkurangnya luas daratan (sekarang hanya tinggal lebih kurang 0,6 sampai 0,8 hektare dari luas awal 2,5 hektare) semakin menghilangnya vegetasi daratan, terumbu karang yang terancam rusak, dan berkurangnya sumber daya ikan,” ungkap Zamdial.

Baca Juga : Pulau Tikus Segera Revitalisasi

Lanjutnya, Pulau Tikus sekarang dimanfaatkan untuk tujuan wisata, tempat singgah nelayan dan daerah penangkapan ikan bagi nelayan. Khusus untuk tujuan wisata, pemanfaatannya belum memberikan dampak yang signifikan secara ekonomi karena keterbatasan berbagai aktivitas dan daya dukung luas wilayah Pulau Tikus. Menurutnya, ktivitas wisata yang tidak dikelola secara profesional justru menimbulkan dampak terhadap kondisi Pulau Tikus.

“Dari perspektif ekologis, perlu upaya penyelamatan Pulau Tikus, dengan tujuan mengembalikan luas wilayah Pulau Tikus seperti semula. Keberadaan Pulau Tikus memerlukan dukungan kondisi lingkungannya yang juga baik, terutama ekosistem terumbu karang sebagai barrier (peredam alami dari energi arus dan gelombang), menanam kembali vegetasi darat yang berfungsi sebagai pelindung angin dan badai. Keberadaan Pulau Tikus yang terjaga juga akan berdampak positif terhadap wilayah pesisir sepanjang Pantai Malabero, Sumur Meleleh dan Pantai Panjang. Pulau Tikus perlu didukung untuk dikelola berbasis konservasi untuk menjaga keberlanjutan keberadaannya,” tutur Zamdial.

Kemudian dari perspektif ekonomi, Pulau Tikus harus dikembangkan dan dikelola menjadi Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) unggulan di Provinsi Bengkulu. Namun diperlukan suatu rencana pengelolaan yang baik, sistematis, dan berkesinambungan.

Untuk menjadikan Pulau Tikus sebagai ODTW unggulan, diperlukan pengadaan dan pembangunan berbagai amenitas, yaitu berbagai fasilitas yang mendukung kegiatan selama wisatawan berwisata di pulau Tikus. Amenitas yang diperlukan adalah berupa fasilitas pariwisata, seperti tempat ibadah, taman, cottage-home stay atau bangunan tempat bersantai/berteduh, warung manisan/warung kopi/warung makan, sumber air bersih/air tawar, toilet/MCK, dan dermaga tambat perahu motor wisata.

Baca Juga : Matangkan Reklamasi, Forkopimda Kota Bengkulu Kunjungi Pulau Tikus

“Pulau Tikus akan dapat dikembangkan menjadi ODTW unggulan apabila kondisi potensi daya tarik wisata juga banyak dan bagus, potensi dan daya tarik usaha yang perlu dikembangkan antara lain adalah terumbu karang (untuk mendukung kegiatan diving dan snorkeling), berkemah/camping, olahraga pantai, fish apartement (untuk mendukung wisata memancing-game fishing/leisure finishing), dan konservasi penyu (wisata edukasi),” ujar Zamdial yang juga Anggota Dewan Riset Daerah Provinsi Bengkulu ini. 

Namun optimalisasi pengelolaan Pulau Tikus agar menjadi ODTW unggulan di Bengkulu memerlukan konsep rencana pengelolaan secara komprehensif, sistematis dan berkesinambungan. Dokumen rencana pengelolaan Pulau Tikus memerlukan suatu organisasi atau gugus tugas atau Task Force yang bersifat adhoc, sehingga dapat terlaksana secara berkesinambungan, dan kerja sama pengelolaan yang melibatkan unsur-unsur Academic, Bussiness, Government and Society (ABGS) yang dinyatakan dalam sebuah MoU (Memorandum of Understanding).

Baca Juga : Menuju ’Surga’ di Samudra Hindia

Pulau Tikus 2Zamdial berpandangan Pulau Saronde dapat dijadikan contoh pengembangan dan pengelolaan Pulau Tikus. Hasil kunjungannya, di Pulau Saronde memiliki fasilitas pendukung pariwisata, seperti dua buah cottage, toilet umum, penyediaan air tawar, tempat pengolahan sampah, sarana pendukung lainnya. Di sini juga terdapat sebuah panggung untuk pagelaran seni budaya dan kegiatan lainnya, ada penjualan souvenir dan penyewaan cottage. Terumbu karangnya masih terjaga dan hutan Cemara ditata sedemikian rupa sehingga membuat suasana teduh dan sejuk.

 

“Daya tarik wisata yang akan dan dapat dikembangkan antara lain adalah pemandangan alam bawah laut (diving dan snorkeling), berjalan-jalan di pantai pasir yang putih (walking on the beach) berenang (swimming), menikmati panorama sunset, edukasi konservasi penyu, voli pantai, sepak bola pantai, berkemah dan outbound lainnya serta banana boat,” pungkasnya.

Selain mengharapkan Pulau Tikus menjadi Objek Daerah Tujuan Wisata unggulan (ODTW), ia juga menginginkan luas Pulau Tikus dikembalikan seperti semula, dan Pulau Tikus ditetapkan sebagai wilayah Konservasi Perairan Laut Daerah (KKPD), yang sekaligus mendukung program konservasi laut nasional.

(Kelvin/Red)