Di Tengah Kunjungan Jokowi, Korban Kekerasan Perusahaan Terhadap Petani di Mukomuko Terus Bertambah

Konflik lahan DDP Mukomuko

Konflik antara kelompok Petani Maju Bersama Mukomuko dengan PT DDP kembali pecah, Selasa, 18 Juli 2023, Foto: DOk

Interaktif News - Keributan antara petani maju Bersama dan PT Daria Dharma Pratama (DDP) kembali terjadi, Selasa, (18/07/2023). Keributan kali ini dipicu oleh tindakan perusahaan yang hendak merampas TBS sawit petani. Awal keributan sebenarnya terjadi sehari sebelumnya, dimana pihak PT DDP mengambil secara paksa sekira 1 ton TBS milik Adam Malik di lahan yang dia garap.

Di lokasi kejadian anggota Brigade Mobile (Brimob) Polda Bengkulu mencoba melakukan negosiasi kepada petani namun negosiasi ini tidak diindahkan oleh pihak perusahaan yang menyebabkan bentrok. Buntut dari bentrok yang terjadi, salah seorang istri dari Kelompok Petani Maju Bersama bernama Aida pingsan. Ia diduga kena pukul salah seorang security perusahaan.

Tidak hanya itu, pihak perusahaan juga berusaha melakukan perampasan TBS sawit di lahan garapan M. Nazir yang menyebabkan bentrok kembali memanas. Kurangnya upaya respon dari APH yang berada di lokasi membuat situasi bentrok semakin memanas.

Abdullah, selaku kuasa hukum petani menyampaikan bahwa kuasa hukum telah meminta APH meredam bentrok yang terjadi namun lama ditanggapi sehingga menyebabkan bentrok semakin panas.

“Pihak perusahaan terus melakukan provokasi yang memantik kericuhan kembali terjadi. Akibatnya satu orang petani  bernama Budi Franata mengalami luka di bagian kaki akibat dorongan dan pukulan dari pihak perusahaan” ujar Abdullah

Ia menambahkan bentrok yang terjadi ini menambah deretan korban luka-luka di pihak petani di wilayah Malin Deman Kabupaten Mukomuko akibat konflik lahan yang terus berkepanjangan.

“Kurun waktu 2 bulan terakhir sebanyak 12 orang petani sudah menjadi korban dari konflik yang terjadi, baik perempuan ataupun laki-laki karena mendapatkan pukulan dan kekerasan lainnya” tambah Abdullah

Konflik agraria yang terjadi di Wilayah Malin Deman ini sudah terjadi sejak tahun 1997 yang artinya sudah terjadi selama 26 tahun. Lahan PT Bina Bumi Sejahtera terindikasi terlantar berdasarkan Surat No. 3207/22.15-500/VIII/2009 yang dikeluarkan Kementerian ATRBPN tahun 2009.

Selanjutnya pada tahun 2005 lahan eks PT BBS ini diklaim sepihak oleh PT DDP sebagai pemilik. Pihak PT DDP mulai menggarap lahan dengan cara mengusir dan memaksa petani menerima konpensasi bahkan melakukan intimidasi.

Adam Malik, selaku petani yang TBS sawitnya dirampas oleh perusahaan menyampaikan bahwa petani sudah mengirimkan surat ke Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Republik Indonesia meminta kementrian yang dipimpin Mahfud MD itu untuk turun tangan.

“Sebelumnya kami sudah menyampaikan kejadian konflik ini kebeberapa pihak, namum belum ada tindakan yang berarti dan akhirnya kami panggil Menkopolhukam karena kami beranggapan kasus ini tidak akan selesai tanpa kehadiran pemerintah pusat” ujar Malik.

Adam Malik menambahkan, kelompok Petani Maju Bersama meminta secara tegas kepada para pihak untuk segera menyelesaikan konflik ini karena korban di pihak petani semakin banyak. Ia pun meminta Presiden Joko Widodo yang tengah berkunjung di Bengkulu untuk hadir langsung melihat penderitaan petani Mukomuko yang berjuang melawan PT DDP.

“Korban di pihak petani tidak hanya korban kekerasan fisik, intimidasi dan juga kriminalisasi yang mana puluhan anggota Petani Maju Bersama pernah di tangkap/dipenjara. Kami minta Pak Presiden yang sedang berkunjung ke Bengkulu untuk melihat nasib kami” kata Malik, Rabu, (19/07/2023)

Editor: Alfridho Ade Permana