Interaktif News – Di tengah keramaian Alun-alun Tais, Kabupaten Seluma, sebuah mobil putih sederhana menjadi pusat perhatian. Bukan karena merek mobil atau tampilannya yang mencolok, melainkan karena dari bagasi mobil tersebut mencetak segelas es pokat kocok yang segar dan nikmat.

Minuman tersebut berasal dari racikan tangan Mutia, seorang ibu rumah tangga asal Kelurahan Selebar yang juga bekerja sebagai tenaga kesehatan. Meski terlihat sederhana, usaha kecil ini berhasil mencuri perhatian masyarakat dan menjadi primadona pelepas dahaga.

Sebelum merintis usaha kuliner, Mutia sempat menjajal bisnis penjualan pakaian. Namun, karena keterbatasan modal dan menurunnya omzet, ia mulai mencoba peruntungan lain dengan berjualan rujak yang kemudian di iringi dengan menjual es pokat kocok.

“Awalnya saya iseng-iseng aja berjualan rujak, kemudian teman saya menyarankan untuk coba jualan es pokat kocok juga. Ternyata banyak yang suka, jadi saya putuskan jualan di alun-alun, meskipun masih dari bagasi mobil karena belum punya tempat tetap,” ujar Mutia saat ditemui di sela aktivitasnya meracik es.

Keputusan itu terbukti tepat, hanya kurun sebulan, es pokat kocok buatannya berhasil menarik minat masyarakat. Dalam sehari, tak kurang dari 200 gelas terjual. Dengan harga Rp10.000 per gelas, Mutia kini bisa meraup omset jutaan rupiah setiap harinya.

“Inspirasinya dari resep sederhana yang saya kembangkan sendiri. Saya ingin jualan minuman yang segar, disukai banyak orang, dan modalnya tidak terlalu besar. Kuncinya jangan pelit topping, tapi juga jangan naikin harga,” kata dia.

Inovasi Rasa dan Kendala Kebersihan

Tak puas dengan satu varian rasa, Mutia terus berinovasi. Ia menambahkan varian lain seperti taro dan ubi ungu agar pelanggannya memiliki lebih banyak pilihan.

“Varian minuman banyak, Kak. Tapi harganya tetap Rp10 ribu. Selain itu, saya juga masih jualan rujak,” ujarnya.

Meski hanya mengandalkan satu titik berjualan di pinggir jalan alun-alun, pelanggan setianya terus berdatangan. Namun, Mutia mengaku masih menghadapi kendala terkait kebersihan lingkungan sekitar.

“Kadang saya bersih-bersih sendiri karena sampah minuman dan bungkus makanan sering berserakan. Harapannya ada perhatian dari pihak terkait agar disediakan tempat sampah di area ini,” tuturnya.

Kisah Mutia bukan sekadar cerita soal minuman menyegarkan. Lebih dari itu, hal ini adalah gambaran semangat seorang ibu rumah tangga yang tidak menyerah di tengah keterbatasan.

Reporter: Deni Aliansyah Putra