Ashanty Jadi Duta Budaya Bengkulu, Kakeknya Lahir di Lebong

Ashanty

Artis nasional Ashanty, Foto: Dok/Instagram

Interaktif News – Artis kenamaan tanah air Ashanty akan dinobatkan sebagai duta seni budaya dan wisata Provinsi Bengkulu. Penobatan rencananya akan dilangsungkan pada perayaan HUT Provinsi Bengkulu 18 November 2022 mendatang. 

Sebelumnya pada Jumat, 21 Oktober 2022, Gubernur Rohidin telah bertemu langsung dengan Ashanty. Dalam pertemuan yang digelar di Jakarta itu, Ashanty langsung ditemani suaminya Anang Hermansyah dan kakak kandungnya Gangsar Sambodo.

Lantas mengapa Ashanty akan dinobatkan sebagai duta oleh Pemprov Bengkulu? ternyata ini jawabanya! Ashanty merupakan keturunan asli Bengkulu. Perempuan kelahiran Jakarta, 4 November 1984 ini adalah putri dari pasangan Soejahjo Hasnoputro dan Farida Siddik. 

Ibunya Farida Siddik merupakan cucu dari Prof. Dr. H Abdullah Siddik, SH yang lahir di Muara Aman, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu pada 13 Juni 1913. Abdullah Siddik merupakan tokoh pergerakan yang aktif di dalam Jong Islamietan Bond bersama pahlawan nasional Agus Salim. 

Abdullah Siddik pernah menjabat sebagai Ketua Pengadilan Tinggi Sumatera Selatan. Selain itu ia juga merangkap sebagai Mahkamah Tentara Republik Indonesia dengan pangkat kolonel. Kakek Ashanty mengawali karier sebagai diplomat di Kairo Mesir dan Manila Filipina kisaran tahun 1950-1960.

Selanjutnya ia menjadi Duta Besar luar biasa dan Menteri berkuasa penuh di Bangkok, Thailand, Duta Besar Indonesia di Rangoon Burma. Ia juga pernah dipercaya Presiden sukarno memimpin delegasi Indonesia pada Konperensi UNECAFE (United Nations Economic Commission for Asia and Far East).

Abdullah Siddik selain dikenal sebagai tokoh pergerakan juga merupakan penulis populer. Karya-karya banyak menjadi refrensi ilmuawan dalam mengulik sejarah dan dunia islam. 

Diantara buku karangan kakek Ashanty ini adalah “Hukum Adat Rejang” terbitan Balai pustaka pada tahun 1980, “Sejarah Bengkulu,” “Hukum Perkawinan Islam,” Hukum Waris Islam Diterbitkan Bina Pustaka Bandung 1984.

Selain mengrang buku Abdullah Siddik juga merupakan rektor pertama Universitas Ibnu Khaldun, Bogor, Jawa Barat. Nama kakek Ashanty ini bahkan diabadikan menjadi nama gedung Auditorium Universitas Ibnu Khaldun. Selain itu juga pernah menjabat sebagai rektor Akademi Pamongpraja dan Adminitrasi Bukittinggi, Sumatra Barat.

Sosok Abdullah Siddik nampak sangat dikagumi oleh Ashanty, dalam beberapa postingannya di media sosial Ashanty kerap membagikan kenangannya dengan Sang kakek. Bahkan Ashanty pernah bercerita kalau cincin yang Ia pakai saat dilamar Anang Hermansyah merupakan warisan dari kakeknya. Cincin itu adalah pemberian Presiden Sukarno kepada kakek Ashanty. 

Editor: Irfan Arief