Interaktif News – Setiap pagi sebelum matahari terbit, Hizbur sudah bersiap di halaman dapur SPPG Yayasan Putri Bungsu Asiah dengan ratusan kotak Makan Bergizi Gratis (MBG) yang disiapkan untuk siswa sekolah dasar di wilayah Kota Bengkulu. Dapur MBG yang beralamat di Jalan S. Parman, Padang Jati, Ratu Samban, Kota Bengkulu ini menjadi saksi rutinitas Hizbur.

Dibalik kesibukan dapur yang penuh aroma masakan pagi, Hizbur mengambil peran penting yang mungkin tidak banyak terlihat, memastikan makanan yang sudah dimasak dengan standar kebersihan tinggi itu tiba di sekolah dalam kondisi steril dan aman.

Bagi Hizbur, menjadi sopir SPPG bukan sekadar mengantarkan makanan. Ia menganggap pekerjaannya sebagai bagian dari upaya menjaga kesehatan generasi muda. “Kalau saya lalai sedikit saja, anak-anak bisa tidak makan. Jadi saya harus pastikan semua aman di perjalanan,” ujarnya sambil mengecek pintu belakang mobil boks yang selalu ia semprot ulang dengan cairan pembersih sebelum berangkat.

Rutinitasnya dimulai sejak pagi, saat tim dapur menyiapkan ratusan menu dalam kemasan tertutup. Setelah semua boks rampung, Hizbur bertugas menyusun kotak-kotak makanan kedalam mobil. Ia memastikan tidak ada satu pun yang miring, tertindih, atau terlalu dekat dengan dinding panas mobil. “Penempatannya harus pas. Kalau tidak, suhu berubah dan itu bisa memengaruhi makanan,” jelasnya.

Ia bukan hanya mengandalkan insting. SPPG memberi pelatihan tentang sanitasi kendaraan, suhu ideal mobil penyimpanan, hingga cara membawa makanan tanpa risiko kontaminasi. “Saya pikir awalnya cuma nyetir, ternyata ada standar yang ketat. Tapi bagus, ini untuk kesehatan anak-anak,” katanya sambil tersenyum.

Perjalanan menuju sekolah tidak selalu mudah. Jalan sempit hingga kemacetan pernah menjadi tantangan tersendiri. Namun Hizbur mengaku sudah hafal jalur mana yang harus ditempuh untuk menjaga makanan tetap tiba tepat waktu.“Kalau telat, jadwal makan anak-anak berubah. Jadi saya harus punya alternatif jalur,” ungkapnya.

Setibanya di sekolah, Hizbur selalu memastikan proses penyerahan makanan dilaksanakan dengan memperhatikan kebersihan. Ia tidak hanya menurunkan boks, tetapi juga memeriksa apakah meja penempatan sudah dilap, apakah wadah distribusi sudah siap, dan apakah anak-anak menjaga antrian. “Kadang ada siswa yang semangat sekali sampai rebutan ingin ambil duluan,” katanya sambil tertawa kecil.

Di beberapa sekolah, anak-anak justru menunggu kedatangannya setiap hari. Begitu mobil berhenti, mereka berlarian menawarkan bantuan mengangkat kotak-kotak makanan. Bagi Hizbur, momen itu menjadi penyemangat di tengah lelahnya rutinitas. “Melihat anak-anak senang membantu, itu rasanya luar biasa. Ada energi positif,” ucapnya.

Meski lebih banyak berada di belakang layar, Hizbur merasa perannya tidak kalah penting dari tim dapur dan guru. Ia sering mendapat ucapan terima kasih dari orang tua dan siswa. “Ada yang bilang, ‘Pak, makanannya enak, terima kasih sudah antar.’ Hal kecil seperti itu membuat saya bahagia,” ceritanya.

Dibalik kesederhanaan pekerjaannya, Hizbur menyimpan satu harapan besar agar program MBG terus berjalan dan semakin banyak anak yang terbantu. Ia percaya makanan sehat setiap pagi bisa menjadi fondasi masa depan yang lebih baik bagi generasi Bengkulu. “Kalau anak-anak sehat, mereka bisa belajar lebih baik. Dan kalau saya bisa bantu sedikit saja, itu sudah cukup buat saya,” katanya.

Hari-harinya mungkin terlihat biasa, namun di balik kemudi mobil boks itu, Hizbur membawa lebih dari sekadar makanan. Ia membawa komitmen, tanggung jawab, dan secercah harapan agar setiap menu bergizi sampai dengan selamat ketangan para pelajar steril, aman, dan penuh kebaikan.

Reporter: Irfan Arief