Interaktif News – Meski banyak mendapat dukungan, sebagian kalangan sempat menilai bahwa format penampilan kali ini berbeda dari pakem asli Tari Sekujang.

Namun bagi para seniman, perubahan itu bukan bentuk penyimpangan, melainkan bagian dari proses kreatif agar tarian tradisional lebih dapat diterima di panggung modern.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Seluma Munarwan Syafui menjelaskan, tarian yang dibawa ke Jakarta bukan bentuk ritual Sekujang yang asli, melainkan tari kreasi, yang terinspirasi dari tradisi tersebut.

“Yang kita tampilkan itu bukan ritual Sekujang asli, tetapi tari Sekujang yang terinspirasi dari tradisi Sekujang. Ada gerakan dan elemen aslinya yang dipadukan dengan koreografi modern. Tujuannya agar menarik di panggung festival,” jelas Munarwan.

Menurutnya, pendekatan kreatif itu merupakan strategi promosi budaya yang menyesuaikan konteks acara. Festival di ruang publik seperti di Kota Tua biasanya menampilkan bentuk seni yang komunikatif dan atraktif untuk menarik perhatian masyarakat.

“Ke depan, kami tetap mengutamakan pelestarian budaya asli Seluma. Bukan hanya Sekujang, tetapi juga Pancung Gunia dan tradisi lain yang mulai jarang terlihat,” ujarnya.

Ia menegaskan, pengemasan modern hanyalah pintu masuk untuk memperkenalkan budaya lokal. “Kalau ingin melihat bentuk aslinya, datanglah langsung ke Seluma,” pungkas Munarwan.

Reporter: Deni Aliansyah Putra