Interaktif News – Perkembangan digitalisasi menghadirkan tantangan besar bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Salah satunya dialami oleh Redo Permadhi (28), pemilik konter pulsa dan telepon seluler bernama Agan Cell di Desa Lunjuk, Kecamatan Seluma Barat, Kabupaten Seluma, Bengkulu.

Redo yang sebelumnya dikenal sebagai teknisi ponsel keliling, memberanikan diri membuka konter kecil pada 2022 dengan modal Rp 5 juta. Dari sana ia menjual kartu perdana, voucher, hingga beberapa unit telepon seluler dengan stok terbatas.

“Tahun pertama itu berat sekali. Sekarang saya memberanikan untuk meminjam dari bank Himbara yang bisa saya pakai untuk nambah modal,” kata Redo kepada bengkuluinteraktif. com, Minggu, (5/10/2025).

Kini, selain pulsa, konternya juga melayani pembayaran listrik, BPJS, hingga pembelian voucher game. Namun, usahanya tidak lagi seramai dulu. Perubahan perilaku belanja masyarakat yang kian beralih ke aplikasi daring membuat omzet Redo terus menurun.

“Dulu sehari bisa untung Rp 500 ribu. Sekarang Rp 300 ribu saja susah. Sepi orang datang, kebanyakan belanja online,” ujarnya.

Redo mengaku pendapatannya anjlok hingga 50 persen dibandingkan tahun lalu. Tanpa tambahan dari jasa servis ponsel atau penjualan aksesoris dan handphone, usahanya hampir tidak menghasilkan keuntungan.

Meski begitu, Redo tetap bertahan membuka konternya setiap hari. Ia berharap pelanggan lama masih setia, sekaligus menanti adanya dukungan nyata dari pemerintah untuk pelaku UMKM di desa.

“Kalau ada kemudahan pinjaman modal, atau pelatihan digital biar kami bisa ikut, karena hal itu sangat membantu. Kami sebagai pelaku UMKM sangat berharap pemerintah berikan fasilitas supaya kami tidak tertinggal,” katanya.

Kisah Redo mencerminkan potret banyak UMKM di daerah yang tertekan oleh gelombang digitalisasi. Transformasi digital memang membuka peluang besar, tetapi bagi usaha kecil yang masih bertumpu pada cara konvensional, arus perubahan itu bisa menjadi ancaman.

Reporter: Deni Aliansyah Putra