Interaktif News – Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu menjadi tuan rumah bagi ekspedisi “Satria Hutan Indonesia” yang digagas oleh Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI).  Sebanyak 57 mahasiswa memulai eksplorasi selama 18 hari di Gunung Patah, mulai 2 Agustus hingga 20 Agustus 2025.

Kegiatan ini disambut hangat oleh Pemerintah Kabupaten Kaur, yang diwakili oleh Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM, Camat Padang Guci Hulu, Dinas Pariwisata, Dinas Pendidikan dan Olahraga, BPBD Kabupaten Kaur, dan perwakilan pemuda setempat.  Sambutan resmi dilakukan di Kantor Camat Padang Guci Hulu.

Ekspedisi ini bukan sekadar kegiatan petualangan alam. Mapala UI menekankan aspek edukasi dan kolaborasi dengan masyarakat lokal.  Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran pemuda Indonesia akan pentingnya menjaga kelestarian hutan, khususnya dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang ekstrem.

Ketua Pelaksana, Magkama, menyampaikan bahwa kegiatan ini berfokus pada isu perubahan iklim dan dampak jangka panjangnya terhadap suhu dan pola cuaca akibat kerusakan hutan.

“Tim ekspedisi akan melakukan pengamatan dampak deforestrasi di sekitar Desa Manau IX dan Gunung Patah.  Mereka akan mengumpulkan data relevan untuk memahami proses deforestrasi dan dampaknya terhadap ekosistem.  Selain itu, pengamatan terhadap flora dan fauna endemik di hutan tropis Gunung Patah juga menjadi bagian penting dari penelitian ini,” kata Magkama.

Ia menjelaskan alasan mengapa pihaknya memilih Gunung Patah, dengan ketinggian 2.852 mdpl, karena keunikan ekosistemnya dan jalur pendakian yang menantang.

Dimas Tri Nurhidayat, salah satu anggota tim, menjelaskan bahwa Gunung Patah, yang terletak di perbatasan antara Sumatera Selatan dan Bengkulu, memiliki jalur pendakian ekstrem dan merupakan habitat berbagai flora dan fauna langka, termasuk bunga Rafflesia Arnoldii.

“Ekspedisi ini juga mengusung tema “Perjalanan Netral Karbon,” dengan upaya meminimalisir emisi karbon dan menerapkan program pengelolaan sampah yang bertanggung jawab.  Hal ini sejalan dengan komitmen Mapala UI dalam mendukung pelestarian lingkungan,” jelas Dimas.

Sementara, Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM Kabupaten Kaur, M. Adhar Cilas, menyampaikan sambutan hangat atas nama Pemerintah Kabupaten Kaur.  Ia menekankan pentingnya menjaga etika dan etiket selama ekspedisi, baik terhadap manusia maupun alam.

“Mohon dijaga apa yang ada di hutan (flora dan faunanya), agar alam tetap lestari,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa Pemerintah Kabupaten Kaur sangat mendukung kegiatan ini dan berharap kolaborasi antara Mapala UI dan masyarakat Desa Manau IX dapat terjalin dengan baik.  Kehadiran mahasiswa diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, khususnya dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan.

“Pemerintah Kabupaten Kaur juga berencana membangun pos-pos pendakian di Gunung Patah untuk mendukung pengembangan wisata alam yang berkelanjutan.  Selain Gunung Patah, Kabupaten Kaur memiliki potensi wisata alam lainnya, seperti pantai dan laut, yang dapat dikembangkan secara berkelanjutan,” kata M. Adhar Cilas.

Ekspedisi Satria Hutan Indonesia ini diharapkan menjadi contoh nyata kolaborasi antara mahasiswa, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan.  Kegiatan ini tidak hanya memberikan manfaat bagi penelitian dan pendidikan, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Kaur.

Reporter: Miko Apriansyah