3 Faktor Anomali Politik Nasional ?

3 Faktor Anomali Politik Nasional ?

Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menjelaskan Anomali adalah penyimpangan atau keanehan yang terjadi atau dengan kata lain tidak seperti biasanya. Anomali juga sering di sebut sebagai suatu kejadian yang tidak bisa diperkirakan sehingga sesuatu yang terjadi akan berubah-ubah dari kejadian biasanya.

Anomali Politik Nasional disebabkan oleh setidaknya 3 faktor.

Faktor pertama adalah Lack of Knowledge atau kesenjangan pengetahuan yang terjadi disebabkan rendahnya pendidikan politik atau minimnya pengetahuan masyarakat akan ilmu dan sejarah politik di tanah air dan (apa lagi) pemahaman tentang geopolitik dunia.

Persoalan “mualaf” politik ini tidak kurang juga disandang oleh sebagian pengurus partai politik, anggota parlemen dan para pemimpin daerah, sebagai akibat warisan sistem politik Orde Baru yang selama 30 tahun lebih memberlakukan pendekatan “Economy Yes, Politic No”. Pada masa-masa ini, mempelajari data informasi, membaca buku-buku, bahkan membicarakan politik seolah tabu.

Tak heran jika pasca-reformasi pemahaman ideologi negara Pancasila dan 3 konsensus dasar negara lainnya seperti: UUD 45, NKRI dan Sesanti Bhinneka Tunggal Ika dipandang mendesak untuk disosialisasikan kembali ke tengah-tengah masyarakat setelah mengalami revisi dan rejuvinasi materi di sana sini.

Faktor kedua adalah Deviation Information atau penyimpangan informasi, bentuk penyimpangan informasi ini bisa berupa Fake/False News atau Hoax. Berbagai cara ditempuh si pengirim pesan untuk membangun opini yang ditargetkan pada khalayak sasaran. Sasaran luasnya bisa kepada masyarakat umum, tapi bisa juga ditujukan fokus pada khalayak tertentu yang secara khusus ingin disasar. Targetnya bisa berbeda sesuai kebutuhan, mulai dari ingin membuat pihak lawan bingung/ragu terhadap kebenaran suatu kasus, untuk memecah belah bahkan sampai untuk tujuan “cuci otak”.

Pengalihan issue, penyebaran secara masif data (baik berupa teks, table maupun info grafis) yang sudah direkayasa isi dan kebenarannya, serta fitnah-fitnah berupa foto atau video yang telah diedit adalah beberapa contoh atau bentuk penyimpangan informasi ini.

Faktor ketiga adalah Blind Fanaticism atau fanatisme buta, yang disebabkan oleh rasa antusiasme yang cenderung anti kritik, obsesif dan kultus pada individu seorang tokoh ataupun kelompok tertentu. kami memandang bahwa hal ini semacam malfungsi dari pikiran logis manusia pada umumnya, karena kelompok ini cenderung “memarkirkan” nalarnya di suatu tempat dan kemudian berjalan menjauhinya.

Irrational Behavior atau penyimpangan perilaku biasanya menjadi penanda bahwa kaum fanatik buta ini telah masuk ke stadium “high level” yang biasanya diikuti dengan sifat emosional, siap berkonfrontasi dengan pihak yang dianggapnya lawan, atau yang terparah bisa melakukan perbuatan hologanisme, semisal perilaku mengganggu/melanggar hukum seperti kerusuhan, bullying dan vandalism dan lain-lain, hanya demi membela idolanya.

Sebab lain dari fanatisme buta bisa juga lahir dari sikap sosial yang tidak bisa menerima perbedaan sebagai bagian dari sistem kehidupan bermasyarakat yang lumrah. Buah dari sikap fanatisme buta inilah yang antara lain menjadi faktor penyebab meningkatknya tensi politik di tanah air (high political tension).

Disadur dari Notonegoro dan Renanda Bachtar

Editor: Freddy Watania